Membangkitkan Generasi Ilahi
1 Samuel 2:17 Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban untuk TUHAN. 18 Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan.
Imam Eli membesarkan 3 orang anak,
Dua orang adalah anak kandungnya sendiri Hofni dan Pinehas. Keduanya demikian jahat dan sama sekali tidak menghormati Tuhan (2:12). Mereka memerintahkan para pelayan Bait Allah membawa garpu bergigi tiga untuk mengambil daging korban sembelihan yang sedang diolah, dan memakan daging korban yang untuk Tuhan itu (1:13-16). Jika umat tidak memberikan korban bakaran mereka, tak segan-segan para pelayan Hofni dan Pinehas akan merebut dengan kekerasan. Sedemikian berani mereka terhadap Tuhan sehingga jemaat merasa ngeri dengan tingkat laku mereka. Sampai hari ini garpu bergigi tiga menjadi sebuah legenda sebagai senjata yang dipegang oleh iblis sendiri. Sangat besar dosa kedua kakak beradik ini di hadapan TUHAN, sehingga berani merampok korban untuk TUHAN. Bukan itu saja, Hofni dan Pinehas bahkan berani melakukan hubungan seksual di depan pintu Kemah Pertemuan (yakni Bait Allah/Rumah Tuhan waktu itu). Perzianahan yang keji ini tidaklah ditutup-tutupi bahkan tersiar di seantero jemaat (2:22-23). Segala nasehat ayahnya tidaklah pernah digubris (2:23-25) sehingga sang ayah akhirnya tidak lagi memarahi mereka (3:13).
Satu anak yang lain adalah Samuel, anak sulung Hana dan Elkana dari Rama. Hana telah meminta anak ini dari Tuhan (1:20) dan bernazar akan membawa Samuel untuk menghadap ke hadirat TUHAN dan tinggal di sana seumur hidupnya (1:22). Selama 3 tahun penuh Hana merawat dan membesarkan anak ini dalam doa dan perhatian, dan kemudian menyerahkan untuk dipakai Tuhan sepenuhnya (1:28). dalam pengasuhan Imam Eli untuk pelayan Tuhan (1:28). Maka sejak usia 3 tahun Samuel telah memakai baju efod dari kain lenan dan menjadi pelayan di hadapan Tuhan (2:18). Demikianlah anak itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan imam Eli (2:11). Dan setiap tahun ibunya datang membawa jubah efod kecil untuk dipakai anaknya (2:19).
Berbeda dengan dua anak kandung Imam Eli, Samuel kecil bertumbuah semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia (2:26). Samuel tumbuh dalam kepekaannya terhadap suara Tuhan, sehingga seluruh umat akhirnya tahu bahwa Samuel telah dipercayakan bukan hanya jabatan Imam (2:35a) yang setia pada Tuhan dan setia melakukan firman Tuhan (2:35b), namun juga jabatan nabi Tuhan (3:20). Segala apa yang difrimankan Tuhan atas diri Samuel semuanya digenapi Tuhan (3:19).
Kisah ini sangat menggugah hati saya. Tiga anak yang hidup satu generasi di rumah Tuhan di Silo di bawah asuhan seorang Imam. Namun hasilnya demikian berbeda. Yang dua menjadi gerenasi yang rusak, menghancurkan iman umat Tuhan, menjadi batu sandungan. Sementara yang satu menjadi generasi ilahi, membangun dan meneguhkan iman umat Tuhan, menjadi kesaksian dan kemuliaan nama Tuhan.
Dalam konteks zaman sekarang, di dalam Gereja yang sama, bisa muncul anak-anak Ilahi namun bisa muncul pula anak-anak yang brengsek.
Pertanyaannya adalah: anak-anak macam apa yang akan dihasilkan oleh Gereja kita?
Jawaban pertanyaan ini melibatkan minimal dua unsur penting:
Fakfor orangtua: apakah memberikan warisan rohani kepada anaknya seperti Ibu Hana dan Bapak Elkana atau hanya memberikan tradisi ibadah seperti Imam Eli. Dalam kasus ketiga anak tersebut, faktor orangtua memegang peranan yang sangat penting.
Faktor lingkungan rohani: apakah bertumbuh dalam atmosfer rohani dan ada seorang mentor yang meneguhkan dan memperkaya iman sang anak. Dalam kasus ketiga anak tersebut, mereka menerima lingkungan rohani yang sama. Artinya faktor ini tidak mengambil peranan yang menentukan.
Kenyataannya kita melihat banyak contoh di Alkitab bahwa anak yang menerima WARISAN ROHANI dari orangtuanya akan menjadi GENERASI ILAHI yang luar biasa. Selain Samuel, kita mendapatkan beberapa Generasi Ilahi lain yang dibesarkan dalam warisan rohani namun dibesarkan dalam lingkungan yang tidak mengenal Tuhan – yakni: Musa, Daniel, dan Yusuf.
Mari sebagai keluarga kita berlomba-lomba menanamkan iman pada generasi muda. Dan sebagai keluarga Allah yakni gereja kita tetap menyiram tiap benih iman bahkan menaburkan benih iman, dan selalu meneguhkan memperkaya iman yang ada sehingga banyak generasi muda yang terselamatkan. Amin.
Oleh: Pdt. David N. Purnomo
Renungan Harian: Challenge (Tantangan)
-
Judul : Challenge (Tantangan) “Word Play” By. Evert Kristian Ranga Ujian
dan cobaan dalam hidup adalah indikasi kekuatan batin, bukan kelemahan; itu
adal...
No comments: