Posted by: Unknown
Posted date: 4:25 PM
/
Hanna C Manurung,
Renungan
Kel20:15; Im19:11; Ul5:19
Ada tiga hal pemikiran yang keliru atau pandangan yang salah bagi orang Kristen dalam memandang ke-sepuluh perintah Allah/ hukum Taurat, yaitu :
1. Sepuluh hukum Taurat hanyalah untuk mengekang hidup kita
Kita perlu menyadari bahwa didalam kebebasan perlu ada batasan-batasan. Hukum Taurat diberikan Allah untuk memagari manusia agar tetap didalam kasih-Nya.
2. Sepuluh hukum Taurat hanya merupakan peninggalan Bangsa Israel, jadi tidak lagi aktual atau berfungsi bagi kita di zaman sekarang ini
Kenyataanya adalah bahwa hukum Taurat bukan hanya untuk Bangsa Israel saat itu, sepuluh Taurat Tuhan sungguh-sungguh sangat dibutuhkan bagi kita, bahkan ke-sepuluh hukum Taurat adalah isi hukum yang terutama yang Tuhan ajarkan kepada kita (Mat22:37-39)
3. Sepuluh hukum Taurat hanyalah ‘produk’ dari perjanjian lama, sedangkan untuk perjanjian baru adalah kasih karunia
Yang betul adalah bahwa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah merupakan satu rangkaian peristiwa Allah untuk merencanakan keselamatan dan kebaikan bagi manusia. Perjanjian Baru itu sendiri bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya (Mat5:17)
Diminggu ini, kita akan belajar perintah ke-8 sebagai pola doa. Kata “Jangan mencuri” pada perintah ke-8, bukan hanya ditujukan kepada definisi mencuri yang biasa. Definisi/ arti mencuri menurut perintah ke-8 adalah mengambil/ mendapatkan harta, hak, milik orang lain dengan cara yang tidak benar, serta segala jenis perbuatan yang menguntungkan diri sendiri. Ada bermacam-macam bentuk mencuri, yaitu :
1. Mencuri dalam bentuk materi (harta/benda)
Kita seringkali mendifinisikan mencuri barang, ditujukan kepada barang yang mahal atau besar, padahal perintah jangan mencuri disini juga termasuk kepada hal kecil. Mungkin ada banyak barang kecil yang dapat dicuri dari milik orang lain, seperti halnya alat tulis yang ada dimeja kantor, dsb. Meskipun kecil adalah tetap mencuri dimata Tuhan. Sekali kita telah kompromi terhadap hal yang kecil maka kita akan terus terikat dan akan kompromi kepada hal yang lebih besar. Karena Firman Tuhan berkata, bahwa barangsiapa tidak setia kepada perkara kecil maka ia tidak akan setia kepada perkara yang besar. Awal seseorang melalukan pencurian yang besar, pastilah dimulai dari kebiasaan mencuri yang paling kecil.
2. Mencuri dalam bentuk non materi
Hal kedua yang perlu kita sadari, bahwa perbuatan mencuri bukan hanya ditujukan kepada bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk non-materi. Ada banyak bentuk tindakan mencuri non-materi, yaitu :
A. Mencuri waktu
Misalnya datang terlambat ke kebaktian, terlambat ke tempat kerja, atau sekolah. Hal berikut adalah bentuk kita telah mencuri waktu beribadah kepada Tuhan, mencuri waktu kerja atau jam sekolah, bahkan ketika kita malas membaca Firman Tuhan, berarti kita telah mencuri saat teduh atau waktu dengan Tuhan.
B. Mencuri hidup yang telah dianugerahkan Tuhan
Menggunakan waktu yang ada dalam hidup kita dengan sia-sia dan bahkan melakukan hal yang bukan kehendak Allah ataupun menyia-nyiakan tujuan dan rencana Allah atas hidup kita, adalah hal mencuri, dimana kita telah mencuri hidup yang merupakan anugerah dari Tuhan. Itulah sebabnya Firman Tuhan berkata agar menggunakan hari-hari dengan bijaksana (Maz90:12)
C. Mencuri nama baik seseorang
Perkataan-perkataan yang menjatuhkan, menjelekkan, gosip, fitnah yang ditujukan kepada seseorang, merupakan perbuatan Yang dapat dikatakan mencuri nama baik seseorang. Firman Tuhan berkata bahwa nama baik lebih berharga daripada kekayaan yang besar (Ams 22:1)
3. Mencuri apa yang menjadi milik Tuhan
Firman Tuhan berkata bahwa segala yang ada di muka bumi ini adalah milik Tuhan (Maz 24:1) Apapun yang anda miliki termasuk harta benda itu adalah miliknya Tuhan dan bukan milik kita. Kita hanyalah penatalayannya Tuhan atas harta benda yang dipercayakan kepada kita, agar kita mengelolanya dengan baik. Kita telah mencuri apa yang menjadi miliknya Tuhan, jika ada perbuatan kita dalam mempergunakan harta benda tanpa tujuan dan hanya untuk kepentingan diri sendiri dan kesenangan semata. Tujuan harta yang Tuhan titipkan kepada kita adalah untuk memberkati orang lain dan untuk memberkati pekerjaan ladang-Nya.
Oleh: Hanna C.Manurung