“Orangtua Sebagai Pendidik
Karakter”
Amsal 1:1-9
B2
Apakah tujuan pendidikan menurut Amsal (ayat 3-6)? Siapa pendidik karakter yang utama dalam keluarga (ayat 8)?
Suatu hari, seorang guru Sekolah Minggu mengeluh, “Kita
mendidik murid-murid Sekolah Minggu untuk berkarakter baik. Namun di rumah,
mereka kembali ke karakter mereka yang lama karena orangtua mereka yang cuek
dalam memberikan bimbingan.” Keluhan guru ini bisa dipahami. Banyak orangtua
yang tidak peduli dengan pembentukan karakter anak mereka. Mereka melemparkan
tanggung jawab pendidikan anak mereka kepada gereja.
Padahal, Allah menugaskan mereka, baik ayah maupun ibu,
untuk mendidik anak mereka dalam budi pekerti yang baik (ayat 8). Tugas orangtua tidak cukup hanya melahirkan dan mencukupi
kebutuhan fisik anak mereka. Orangtua adalah wakil Allah dalam menumbuhkan
karakter anak mereka. Melalui cara apakah orangtua mendidik karakter anak
mereka? Pertama adalah melalui pengajaran moralitas yaitu menjelaskan apa yang
benar dan apa yang salah kepada anak mereka. Kedua adalah melalui teladan
hidup. Orangtua harus memiliki karakter yang baik untuk digugu oleh anak
mereka.
B3
Jika Anda adalah orangtua bagi anak-anak Anda, marilah
ingatkan dirimu akan panggilan dan tanggungjawabmu sebagai wakil Allah untuk
mendidik mereka di dalam karakter yang ilahi! Berdoalah kepada Allah supaya
Anda diberikan kekuatan dan hikmat dalam menjalankan tugas ini.
***
Selasa, 12 Juni 2012
“Orangtua yang Pilih
Kasih”
Kejadian 37:1-11, 18
B2
Apa yang membuat saudara-saudara Yusuf membencinya (ayat 3-4)? Apa yang dilakukan Yakub
ketika mengetahui bahwa anak-anaknya yang lain iri terhadap Yusuf (ayat 11)? Apa buah dari kebencian para
saudara Yusuf (ayat 18)?
Inilah kisah kehancuran sebuah keluarga karena orangtua yang
pilih kasih. Yakub begitu mengistimewakan Yusuf sehingga saudara-saudaranya
yang lain jadi memusuhi Yusuf. Celakanya, Yakub yang mengetahui hal ini
bukannya mengubah sikapnya yang pilih kasih atau membereskannya secara
bijaksana dengan anak-anaknya, ia malah mendiamkannya (ayat 11). Yakub memilih tutup mata terhadap ketidakpuasan
anak-anaknya. Alhasil, kebencian mereka akhirnya memuncak sampai tindakan ingin
membunuh Yusuf.
Tanpa sadar, orangtua seringkali mudah menganakemaskan
anaknya yang satu dan menganaktirikan anaknya yang lain. Misalkan, anak
laki-laki lebih diutamakan ketimbang anak perempuan. Sikap pilih kasih orangtua
seperti ini mendatangkan banyak dampak negatif terhadap anak-anaknya sendiri.
Khususnya, kepada yang kurang disayang akan mudah menyimpan rasa iri dan benci
kepada saudaranya yang lain. Orangtua yang pilih kasih menaruh bom waktu dalam
keluarganya. Sewaktu-waktu akan meledak menghancurkan keluarganya sendiri.
B3
Mintalah penilaian yang jujur dari orang terdekat Anda:
Apakah Anda adalah orangtua yang pilih kasih? Jika iya, ambillah komitmen untuk
belajar menanggalkan sikap pilih kasih itu. Mintalah maaf kepada anak Anda yang
terluka oleh sikap pilih kasih Anda.
***
Rabu, 13 Juni 2012
“Orangtua yang Pasif”
2 Samuel 13:1-31
B2
Apa yang terjadi antara Amnon dan Tamar (ayat 1-14)? Apa respon Daud ketika
mendengar bahwa Amnon memperkosa Tamar (ayat
21)? Apa yang dilakukan Absalom terhadap Amnon (ayat 22-30)?
Daud memang seorang raja Israel yang besar. Namun, ia gagal
sebagai orangtua. Dalam kisah ini, Amnon memperkosa Tamar, saudara tirinya
sendiri. Ketika Daud mendengar pemerkosaan ini, reaksinya hanya sejauh marah
dan kecewa tetapi ia tidak menyelesaikan masalah ini secara aktif. Ia tidak
menghukum Amnon. Itu sebabnya, Absalom, kakak Tamar akhirnya main hakim sendiri
dengan membunuh Amnon.
Kasih orangtua terhadap anaknya tidak hanya diekspresikan
melalui tindakan yang mendukung dan memuji. Orangtua yang penuh kasih juga akan
mendisiplin anaknya bila melakukan kesalahan. Orangtua yang membiarkan
kesalahan anaknya justru akan membuat anak itu akan menjadi semakin buruk. Amsal 29:15 mengingatkan para orangtua,
“Tongkat dan teguran
mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.”
B3
Apakah Anda termasuk orangtua yang
“cuek” bila anak-anak Anda berbuat kesalahan? Taatilah peringatan Firman Tuhan
hari ini, jangan sampai kepasifan Anda ini kelak berbuahkan malapetaka bagi
anak Anda sendiri.
***
Kamis, 14 Juni 2012
“Orangtua Pewaris
Iman”
Mazmur 78:1-7
B2
Apa yang dilakukan Asaf terhadap generasi berikutnya (ayat 2-6)? Apa tujuan Asaf menceritakan
karya Allah di masa lalu (ayat 7)?
Amsal 1 mengatakan bahwa permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan.
Namun, bagaimana anak kita dapat takut kepada Allah bila mereka tidak pernah mengenal
siapa Allah yang sejati? Itu sebabnya, Asaf menceritakan perbuatan-perbuatan
ajaib Allah atas umat Israel di masa lalu kepada generasi-generasi berikutnya.
Tujuan Asaf sederhana yaitu supaya generasi berikutnya menjadi umat yang
percaya dan taat kepada Allah yang hidup.
Apakah kita, sebagai orangtua, ingin anak-anak kita
bertumbuh menjadi insan yang beriman dan mengasihi Allah? Kita memiliki tugas
untuk mewartakan Kristus kepada mereka. Jangan sampai kita rajin bersaksi
tentang Kristus kepada orang lain tetapi tidak kepada anak sendiri. Ingatlah
bahwa iman anak-anak kita jauh lebih penting ketimbang apapun juga. Mari kita pastikan
iman anak-anak kita dengan sungguh-sungguh memperkenalkan mereka kepada
Kristus!
B3
Jadilah orangtua yang sungguh-sungguh gemar bercerita tentang
Kristus dan membagikan Firman kepada anak-anakmu! Buatlah anakmu menyukai
Firman dan mengasihi Kristus.
***
Jumat, 15 Juni 2012
“Anak yang
Mendengarkan”
Amsal 8:32-36
B2
Apa yang harus pertama-tama dilakukan oleh seorang anak bila
ingin menjadi bijak (ayat 32-33)? Apa
yang akan diterima oleh orang yang bijak dan takut akan Tuhan (ayat 35)?
Seringkali, kita sebagai seorang anak, tidak menjadi bijak
bukan karena kurangnya nasihat dan petunjuk bagi kita melainkan karena kita
yang tidak mau mendengarnya. Kita merasa diri kita lebih pandai dan
berkemampuan daripada orangtua kita. Kita menilai orangtua kita kuno atau sok
tahu sehingga kita mengabaikan didikan mereka.
Kebijaksanaan ibarat sebuah cek. Jika seseorang memberikan
sebuah cek kepada kita maka kita harus setorkan kepada bank supaya saldo kita
bertambah. Sebesar apapun nominal yang tertulis, cek itu tidak akan menambah
saldo kita jika kita belum mencairkannya di bank. Begitu pula jika orangtua
memberikan nasihat maka kita harus mendengarnya dengan baik-baik supaya nasihat
itu masuk ke dalam “bank kebijaksanaan” hati kita. Jika kita tidak
mendengarkannya maka nasihat itu tidak akan menolong kita menjadi lebih bijak.
B3
Apakah Anda seringkali menutup telinga dari nasihat
orangtua? Mintalah pendapat orangtuamu, apakah mereka melihat Anda sebagai anak
yang keras kepala dalam mendengarkan nasihat?
***
Sabtu, 16 Juni 2012
“Dosa Pemberontakan
terhadap Orangtua”
2 Timotius 3:1-5
B2
Dosa-dosa apa sajakah yang disebutkan oleh Rasul Paulus (ayat 2-4)? Apakah orang-orang yang
dimaksud Rasul Paulus adalah mereka yg di luar kekristenan (ayat 5)?
Di Amerika Serikat ada sebuah aturan yang mengatakan bahwa
bila seorang anak sudah berusia 18 tahun maka ia berhak menentukan hidupnya
sendiri dan tidak lagi di bawah otoritas orangtuanya. Sedihnya, aturan ini
seringkali menjadi dalih bagi banyak orang untuk mengabaikan bahkan melawan
orangtua mereka pada saat mereka menginjak usia 18 tahun.
Padahal, pemberontakan terhadap orangtua adalah dosa di mata
Tuhan! Rasul Paulus bahkan memberikan peringatan ini kepada orang Kristen.
Artinya, orang Kristen pun dapat jatuh dalam dosa memberontak terhadap
orangtua. Apa saja bentuk-bentuk pemberontakan terhadap orangtua? Sebut saja:
tidak mendengarkan nasihat orangtua atau melakukan sesuatu yang justru dilarang
oleh orangtua.
B3
Selidikilah dirimu, apakah Anda termasuk seorang anak yang
sering memberontak terhadap orangtua? Mintalah ampun kepada Tuhan dan
orangtuamu karena yang Anda lakukan adalah dosa.
***
Minggu, 17 Juni 2012
“Bolehkah Anak
Menegur Orangtuanya?”
1 Timotius 5:1-2;
Titus 2:1-6
B2
Menurut Firman Tuhan, apakah seorang anak boleh menegur
orangtuanya? Bagaimana cara menegur yang baik (1 Timotius 5:1)?
Dalam budaya Tionghoa, seorang anak sebenarnya tidak boleh
mengkritik atau menegur orangtuanya. Hal ini akan dianggap sebagai suatu
tindakan yang kurang ajar. Namun, Firman Tuhan mengajarkan hal yang berbeda.
Kita sebagai anak diizinkan Tuhan untuk menegur orangtua kita bila mereka
melakukan kesalahan moral atau kekeliruan pengajaran iman. Dengan menegur
mereka, kita sedang menolong mereka dari kejatuhan yang lebih dalam. Teguran
seorang anak terhadap orangtuanya adalah juga bentuk kasih.
Akan tetapi, cara menegurnya harus dengan sikap yang hormat. 1 Timotius 5:1
mengatakan bahwa kita tidak boleh “keras” terhadap orangtua. Apa maksudnya? Dalam
bahasa aslinya, kata “keras” mengandung arti menyerang atau melukai dengan
kata-kata. Dengan kasih dan kelembutan, kita boleh mengingatkan orangtua kita
bila mereka salah. Namun, kita tidak boleh memaki, merendahkan, memarahi, menyudutkan,
atau menghina orangtua kita.
B3
Apakah Anda, sebagai anak, seringkali “keras” terhadap
orangtuamu? Bertobatlah! Belajarlah untuk menegur orangtuamu di dalam cara yang
berkenan pada Tuhan.
No comments: