Jenjang terakhir ini adalah suatu transisi yang sangat penting antara ibadah dengan kehidupan kita selanjutnya. Apakah ibadah hari Minggu terpisah dari kehidupan kita terjawab dalam jenjang terakhir ini. Jenjang terakhir ini sangatlah penting karena mempersiapkan kita untuk masuk ke dalam dunia.
Kalau saya dapat ringkaskan, ada dua tindakan Allah yang merupakan intisari dari jenjang terakhir ini.
1. Tuhan memberikan TUGAS: Kita DIUTUS.
Hal yang terpenting dari pengutusan bukanlah tugas itu. Melainkan, SIAPA yang mengutus. Kalau kita tidak memahami siapa yang mengutus kita, maka kita mudah sekali menolak tugas ini. Atau kalaupun kita terima, kita tidak dengan sungguh-sungguh dan setia dalam menjalankannya.
Kalau kita kembali pada kisah pengutusan nabi Yesaya, Tuhan sengaja memperlihatkan
kebesaran dan kemuliaan diri-Nya. Sebelum Tuhan memberikan amanat, Dia membiarkan Yesaya melihat Tuhan di tahta-Nya. Tuhan mau Yesaya memahami siapakah Tuhan yang akan mengutus dirinya. Kalau kita kehilangan pemahaman siapa yang mengutus kita, dalam hal ini adalah Allah, maka sekali lagi mudah bagi kita untuk menolak tugas.
Ini pula yang menjadi rahasia keberanian Daud ketika menghadapi Goliat. Bayangkan, seorang anak kecil berusia sekitar 12-14 tahun menghadapi raksasa Goliat setinggi 2 meter lebih. Apa yang dapat membuat anak kecil ini berani?
Mari baca 1 Samuel 17:45. Di situ, Daud berkata bahwa dia datang dalam nama Tuhan semesta alam. Ini menunjukkan bahwa Daud sadar Allah telah mengutus dia untuk membela bangsa Israel. Ingat, peristiwa Daud melawan Goliat ini terjadi setelah dia diurapi menjadi raja bangsa Israel.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita sadar bahwa kita pun diutus oleh Allah yang pernah mengutus Daud melawan Goliat? Apakah kita punya keberanian yang sama dengan Daud dalam melawan goliat-goliat kehidupan? Apakah kita berani melawan goliat yang bernama kecemasan dan kekuatiran? Goliat pencobaan? Goliat masa lalu yang suram? Goliat masa depan yang tidak jelas? Goliat ekonomi yang sulit? Goliat penyakit? Goliat karakter dan kebiasaan yang buruk? Goliat masalah rumah tangga? Saudara, ketahui dan camkanlah dalam hatimu bahwa kita diutus Allah untuk melawan goliat-goliat itu. Kuatkan hatimu.
2. Tuhan memberikan JANJI: Kita DISERTAI.
Saudara, kalau kita berhenti pada diutus, maka kita belum memahami arti keindahan hidup bersama Tuhan. Kita diutus dan disertai!
Saudara, bagaimana Tuhan menyertai kita? Yang jelas Tuhan menyertai kita sepanjang waktu. Orangtua kita saja belum tentu bisa menyertai kita 7x24 jam. Orangtua ketika menghantar anaknya ke sekolah, orangtua tidak ikut duduk di samping anaknya. Orangtua tidak di samping sang anak ketika anak itu mengalami kesulitan belajar di sekolah. Tidak begitu dengan Tuhan! Tuhan menyertai kita di sepanjang hidup kita. Yesus berjanji, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” (Matius 28:20).
Bukan hanya Tuhan menyertai kita sepanjang waktu, Dia pun menyertai kita di segala tempat. Max Lucado pernah menuliskan begini, “Anda tidak akan pernah pergi ke tempat Allah tidak di sana. Anda mungkin dipindah, didaftar, diangkat, ditugaskan kembali, atau opname di rumah sakit tetapi, tanamkan kebenaran ini di hati Anda, Anda tidak akan pernah ke tempat Allah tidak ada di sana.”
Tentu saja, Tuhan menyertai bukan berarti bebas dari masalah. Justru kalau hidup ini bebas dari masalah maka kita tidak perlu penyertaan Tuhan. Karena hidup ini begitu berat dan sukar maka kita perlu penyertaan-Nya. Tuhan tahu ini. Itu sebabnya, Dia memberikan janji-Nya untuk menyertai kita.
Ingat, seperti kata Tuhan Yesus, kita diutus ke tengah serigala. Kita diutus ke tengah dunia yang membenci kita. Kalau Tuhan tidak mendampingi kita, kita akan babak belur oleh dunia ini.
Implikasi praktis dari kebenaran kedua ini adalah kita tidak mudah menyerah di tengah jalan. Kita akan setia sampai akhir. Saya pikir kesetiaan seseorang kepada Tuhan harus didasari dengan kesadaran bahwa Tuhan menyertai hidupnya. Kita mudah mundur dan mogok terutama ketika kita merasa Tuhan jauh dari kita. Namun, bila kita senantiasa mengingat bahwa Tuhan tetap dekat dengan kita, maka kita tidak mudah putus asa.
Penutup
Kita akan menjadi orang Kristen yang MALAS bila kita mengabaikan tugas dari Tuhan.
Kita akan menjadi orang Kristen yang PENGECUT bila kita mengabaikan janji dari Tuhan.
Oleh: GI. Jimmy Setiawan
No comments: