Panggilan untuk mengaku dosa (calling to confession).
Pemimpin ibadah menantang kita untuk mengaku dosa. Kita mengaku dosa bukanlah karena kita adalah orang asing bagi Allah, namun justru karena kita adalah umat-Nya yang sudah ditebus dan diampuni. Panggilan ini mengingatkan kita akan perjanjian anugerah antara kita dengan Allah (covenant of grace).
Doa pengakuan dosa, refleksi diri (confession).
Melalui doa pribadi, kita mengakui segala dosa yang telah kita lakukan. Tentu saja, doa pengakuan dosa disertai dengan permohonan ampun dari tahta kasih karunia Allah. Kita memohon darah Kristus menyucikan kita kembali. Doa pengakuan dosa dapat menjadi ritual yang tiada arti bila tanpa dilandasi dengan sikap penyesalan yang jujur dan keinginan untuk bertobat yang sungguh-sungguh.
Berita anugerah, jaminan pengampunan (God’s forgiveness and assurance).
Setelah mengaku dosa, biasanya pemimpin ibadah akan menyampaikan berita anugerah yang dikutip dari Firman Tuhan. Intinya, berita anugerah ini adalah jawaban Allah terhadap permohonan ampun kita. Pada bagian ini, Tuhan menyatakan bahwa kita sudah diampuni dan dikuduskan kembali oleh anugerah-Nya. Kita pun harus menerima pengampunan Tuhan dengan hati yang teguh dan iman yang percaya pada kebaikan-Nya. Berita anugerah membungkam tuduhan yang masih dilancarkan oleh hati dan iblis.
Respon syukur, pujian syukur (gratitude, thanksgiving).
Orang yang diampuni adalah orang yang bersukacita. Sukacita yang besar ini harus diekspresikan dalam respon syukur atau pujian. Kita memuji Tuhan dengan segala sorak sorai kemenangan yang antusias. Kita bersyukur karena Allah begitu panjang sabar dan penuh kasih setia walaupun kita sering memberontak dan mengecewakan Dia.
Firman Tuhan untuk komitmen hidup kudus (calling to commitment).
Walaupun kita sudah ditahirkan oleh kasih Allah, kita masih mungkin berbuat dosa. Itu sebabnya, kita perlu dijaga dengan komitmen untuk hidup kudus. Pemimpin ibadah dapat membacakan kutipan Firman Tuhan yang bersifat menantang jemaat untuk mengambil komitmen atau peneguhan atas komitmen kita. Firman Tuhan juga dapat menguatkan kita bahwa Allah saja yang akan menolong kita dalam menjalankan komitmen tersebut.
Berbagi berkat, berbagi damai (passing the peace).
Kita dapat berperan sebagai imam atau wakil Allah bagi sesama saudara seiman. Dalam tindakan liturgikal ini, kita dengan hangat memeluk atau menyalami satu per satu dari mereka sambil mengatakan: “Damai sejahtera Allah bagimu” atau “Selamat, kamu sudah diampuni oleh Allah”. Melalui tindakan yang sederhana ini kita mengkonfirmasi pengampunan dan damai sejahtera yang dikaruniakan Allah kepada kita. Selain itu, saling berbagi damai menunjukkan bahwa berdamai dengan Allah berarti berdamai dengan sesama. Adalah kemunafikan bila kita berdamai dengan Allah tetapi kita masih bermusuhan dengan saudara seiman!
Peringatan baptisan kita (remembrance of our baptism).
Baptisan adalah proklamasi akan status kita sebagai umat perjanjian. Tidak ada satu pun kuasa di dunia yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:38-39). Di samping itu, baptisan juga berarti penghapusan dosa dan pembaharuan hidup. Baptisan menjadi simbol bahwa kita telah mati bagi dosa dan dibangkitkan bersama Kristus (Kolose 2:12). Sayangnya, arti yang indah dari baptisan seringkali dilupakan. Itu sebabnya, peringatan baptisan menjadi suatu momen yang baik untuk menyegarkan arti baptisan ini supaya kita terus mematikan manusia lama dan menghidupkan manusia baru kita setiap hari. Dalam peringatan baptisan ini, petugas akan menuangkan atau memercikan air dengan tangannya ke dalam baki. Ketika kita melihat dan mendengar suara air, kenangan kita dibawa kembali pada baptisan kita di masa lalu.
Pembacaan komitmen (litany of commitment).
Komitmen juga dapat kita buat melalui membacakan teks komitmen (litani). Dengan membacanya secara bersama-sama, kita diingatkan bahwa kita adalah umat Allah yang harus selalu saling menolong dalam hidup kudus di hadapan Tuhan.
Doa ratapan (lament).
Kita pun perlu meratap atas dampak dosa terhadap dunia kita. Dunia ini memang milik Allah tetapi dunia sudah rusak oleh dosa. Dunia kita akan diperbaharui pada saat Tuhan Yesus datang kedua kalinya. Namun sebelum saat itu tiba, kita harus terus bergumul dan menyaksikan aneka penderitaan yang ada di sekeliling kita, antara lain: Bencana alam, kejahatan manusia, perang, korupsi, pelacuran, kematian, penyakit, pemerkosaan, penjualan anak, penebangan pohon liar, polusi, dan sebagainya. Dengan menaikan doa ratapan, kita menajamkan kepekaan kita atas masalah sosial dan lingkungan. Kita tidak mau menjadi partisipan yang merusak tatanan dunia ini. Sebaliknya, kita rindu menjadi agen Allah yang membawa perbaikan aneka masalah tersebut.
Pembacaan Sepuluh Perintah Allah (recitation of the Ten Commandments).
Sepuluh Perintah Allah adalah panduan moral tertinggi dalam Firman Tuhan. Melalui pembacaan Sepuluh Perintah Allah, komitmen kita akan menjadi semakin spesifik. Kita disadarkan akan hal apa saja yang kita tidak boleh lakukan dan harus laksanakan dalam hidup yang baru.
Oleh: GI Jimmy Setiawan
(Gembala Ibadah GKBJ Taman Kencana)
No comments: