Terletak di tengah ibadah, kita disapa oleh Firman Tuhan dan diundang ke dalam Perjamuan Kudus. Berikut ini beberapa tindakan liturgikal yang mengisi jenjang ketiga ibadah kita.
Doa iluminasi (prayer of illumination).
Roh Kudus adalah Allah yang menginspirasikan para penulis Alkitab. Karenanya, kita perlu memohon pertolongan Roh yang sama untuk membukakan hati dan pikiran kita dalam memahami Firman Tuhan. Kata “iluminasi” berasal dari bahasa Latin yang berarti “menerangkan” atau “mencerahkan”. Kita sadar bahwa tanpa pencerahan ilahi dari Roh Kudus maka hati dan pikiran kita yang berdosa tidak mungkin mengerti secara tuntas akan kebenaran-Nya.
Pujian persiapan.
Nyanyian jemaat sebelum khotbah sangatlah efektif dalam mempersiapkan hati kita. Perpaduan antara musik dan teks lagu yang sinergis akan mencairkan semua pertahanan (resistensi) dari hati kita dalam mendengar Firman Tuhan. Biasanya, teks lagunya berbicara tentang sikap hati yang merindukan Firman atau pentingnya Firman Tuhan bagi kehidupan kita.
Pembacaan nats Firman Tuhan (Bible reading).
Sebelum khotbah, jemaat akan berkesempatan untuk membaca sendiri nats Firman Tuhan yang akan dibahas dalam khotbah. Pembacaan Firman Tuhan dapat dilakukan dalam aneka cara yang kreatif. Misalkan bila nats Firman berupa cerita atau narasi maka bisa disampaikan secara dramatis atau penceritaan (story telling).
Momen anak-anak (children’s moment).
Acara ini walaupun singkat namun sangatlah indah. Semua anak-anak kecil diundang ke mimbar. Setelah mereka di sana, pengkhotbah akan menceritakan pengajaran Firman dalam bahasa yang mereka pahami. Setelah 5-10 menit, anak-anak akan diberkati oleh seluruh jemaat dan dipersilahkan masuk ke kelas Sekolah Minggu masing-masing. Acara ini menjadi simbol dari pentingnya pelibatan anak-anak dalam ibadah umum. Seringkali, kita menganggap bahwa anak-anak “tidak pantas” masuk dalam ibadah umum karena akan menjadi “pengganggu”. Padahal, anak-anak adalah bagian dari umat Tuhan (covenant people).
Khotbah (sermon).
Inilah bagian di mana Firman Tuhan dikupas secara mendalam. Mendengarkan khotbah tidaklah sama dengan mendengarkan kuliah. Sikap hati yang tepat bukanlah untuk mencari informasi melainkan bagaimana kita membuka diri kita untuk diarahkan, dihibur, ditegur, dikuatkan, dan dibentuk oleh Firman Tuhan (formational). Satu hal yang perlu kita perhatikan bahwa walaupun Firman Tuhan dijabarkan dengan lebih panjang dalam khotbah, bukan berarti Firman Tuhan hanya hadir dalam khotbah! Keseluruhan ibadah kita diwarnai, diinspirasikan, dan diperkaya oleh Firman Tuhan.
Kesaksian (testimony).
Kesaksian merupakan bukti nyata bagaimana Firman Tuhan mengubah seseorang. Melalui kesaksian, jemaat disadarkan bahwa Firman Tuhan berkuasa untuk mendatangkan buah-buah kehidupan. Kesaksian efektif dalam memotivasi kita untuk mempraktekkan Firman.
Drama.
Drama dalam jenjang ini bersifat mendukung khotbah. Drama menjadi ilustrasi dari pesan yang mau disampaikan melalui khotbah. Drama yang ditempatkan sebelum khotbah juga berfungsi untuk menggugah rasa minat jemaat dalam mendengarkan khotbah. Drama sebelum khotbah biasanya menampilkan masalah (problem) yang pemecahannya akan dipaparkan dalam khotbah.
Saat teduh (quiet times).
Saat teduh umumnya dilakukan setelah khotbah. Ini adalah waktu dimana masing-masing jemaat membangun respon secara pribadi terhadap Firman yang telah mereka peroleh. Mereka juga secara jujur dan serius memeriksa kondisi kehidupan mereka di hadapan Tuhan.
Perjamuan Kudus (the Lord’s Supper).
Perjamuan Kudus adalah salah satu sakramen yang diwariskan oleh Tuhan Yesus sejak makan Paskah terakhir bersama-sama dengan para murid-Nya sebelum Dia disalibkan. Di dalam Perjamuan Kudus kita diingatkan akan kesatuan kita (union with Christ) yang berdasarkan anugerah-Nya (covenant of grace).
Oleh: GI Jimmy Setiawan
(Gembala Ibadah GKBJ Taman Kencana)
Renungan Harian: Challenge (Tantangan)
-
Judul : Challenge (Tantangan) “Word Play” By. Evert Kristian Ranga Ujian
dan cobaan dalam hidup adalah indikasi kekuatan batin, bukan kelemahan; itu
adal...
No comments: