Slider[Style1]

Style2

Style5

Style4

Reach One More For Jesus (Jangkau Satu Jiwa Lagi Buat Yesus)

Lukas 15 : 7

Satu jiwa itu berharga di mata Tuhan
• Tinggalkan 99 yang tak perlu pertobatan, untuk cari yang satu yang berdosa
• Yesus SENGAJA lewat Samaria, menuju ke sumur Yakub, untuk menemukan dan menyelamatkan perempuan Samaria yang terhilang
• Yesus sengajar lewat Dekapolis, menuju Gerasa untuk menemukan dan menyelamatkan orang yang kerasukan setan – dengan 2000 ekor babi
• Satu jiwa itu berharga di mata Tuhan.

Langkah pertama ”membawa jiwa kepada Yesus” adalah ”membawa Yesus kepada jiwa”
• Bersaksi = membawa Yesus kepada jiwa-jiwa, bersaksi berarti bercerita tentang apa yang telah Tuhan Yesus lakukan dalam hidup kita.
• Setelah jiwa itu tertarik pada Yesus, barulah ia ingin datang kepada Yesus. Inilah saatnya membawa jiwa kepada Yesus.
• Kalau dimulai ”membawa jiwa kepada Yesus” pastilah sulit, karena belum tertarik pada Yesus lalu didorong-dorong datang pada Yesus.
• Bawa jiwa pada Yesus tak usah ikut SPK atau pelatihan penginjilan, cuma bercerita khan pasti bisa
• Perempuan Samaria langsung membawa Yesus kepada orang-orang sekampungnya, dan mereka akhirnya tertarik untuk mencari Yesus dan akhirnya diselamatkan
• Mantan orang kerasukan dari Gerasa langsung diutus Yesus untuk menceritakan apa yang telah Tuhan Yesus lakukan dalam hidupnya

Gerakan “Reach One More for Jesus”
• Adopsi tiket : gerakan sukacita goceng, untuk sediakan kursi
• Adopsi jiwa : gerakan ”jangkau satu lagi buat Yesus”
• Langkah-langkah :
1. Adopsi jiwa baru melalui pendekatan pribadi, komsel, tim, atau dengan cara APAPUN
2. membuat Soul Meter : satu bunga untuk jiwa yang kita buat pendekatan / hubungan, satu buah untuk jiwa yang kita menangkan
3. Mendoakan dan menjalin hubungan = luangkan waktu, inisiatif
4. memperkenalkan ke Pemerhati / Pembina
5. memastikan adoptee hadir ke Perayaan Natal GKBJ TaKen
• target : adopsi 200 jiwa, dengan 400 adopter

Yohanes 20:21
• Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.
• Yesus = Anak Bapa, diutus hingga teteskan darah = siap berkorban
• Kita = anak Bapa, diutus hingga teteskan air mata, keringat, dana = siap berkorban
• Di belahan bumi ini 100.000 orang bertobat setiap hari. Apakah ada andil kita di dalam pertumbuhan jiwa ini ?

Kita tidak tahu bagaimana jadinya jiwa-jiwa itu.
• Betapa indahnya kalau melihat kita dipakai Tuhan untuk mengubah sejarah hidup seorang saudara kita, teman kita, tetangga kita.

Oleh: GI. David Purnomo

Dipimpin Oleh Iman

Iman adalah kekuatan, api yang menyala, dan kuasa rohani kehidupan kita. Ketiadaan iman akan membuat seluruh pelayanan kita kehilangan ketiganya. Saya percaya kita semua mengaku sudah memiliki iman, tetapi apakah iman itu sungguh memimpin hidup kita? Hidup yang dipimpin oleh iman adalah pengobar kekuatan, api, dan kuasa rohani! Jika tidak, sekalipun kita berkata ribuan kali kita mempunyai iman tetapi itu hal yang percuma. Bagaimana caranya seseorang dapat hidup dipimpin oleh iman?

1. Intim dengan Allah
Ini harus menjadi prioritas pertama dalam hidup anak Tuhan yang dipimpin oleh iman. Berbicara tentang keintiman dengan Allah, ini bukan sekadar kita dekat dengan Allah melalui saat teduh dan doa tetapi lebih jauh kita merelakan diri kita sendiri dipengaruhi oleh Firman Allah dan karakter Kristus setiap waktu dan disetiap aspek kepribadian kita.

Bahwa Kristus adalah sumber dari kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, dan kasih (Ef 4:2) merupakan keniscayaan jika keempat karakter dasar Kristus itu menjadi bagian kehidupan kita. Jika kita intim dengan Allah maka Firman Allah bukan hanya sebuah memori yang kita miliki dari hasil sebuah saat teduh, lebih jauh kita akan tajam mende ngar suara Allah yang berbicara dan yang menuntun dalam hidup kita entah pada saat kita bekerja, melayani, belajar, membuka usaha, dll. Jika kita belum merelakan diri secara aktif dipengaruhi oleh Firman Allah dan Karakter Kristus bisa jadi kita belum intim dengan Allah.

2 Mempercayai janji Allah
Allah menyediakan kekuatan yang lain untuk setiap anak-anak Tuhan menjadi kokoh dan tidak mudah tergoncangkan oleh badai kehidupan apapun. Kekuatan itu terletak pada janji Tuhan yang diberikan secara spesial buat anak-anak-Nya. Memperc ayai janji Tuhan itu berarti kita mempercayai bahwa Allah tidak pernah berdusta terhadap apa yang pernah Dia janjikan, sekalipun seolah-olah sekarang ini kita menghadapi jalan buntu (bd Keluaran 14:8-12). Mempercayai janji Tuhan itu juga berarti percaya akan kedaulatan Tuhan yang mengatur segala sesuatu, bahkan mengizinkan jalan buntu itu terjadi supaya kita dapat memahami betapa hebat kuasaNya yang membuat jalan keluar ditengah-tengah kemustahilan.

3. Ambil tanggungjawab
Tuhan tidak pernah mengizinkan anak-anakNya untuk hidup secara pasif dan naif. Mempercayai janji Tuhan bukanlah kesempatan untuk kita melemparkan tanggungjawab kehidupan kita ini kepada Tuhan. Di dalam Alkitab selalu memiliki pola dimana Tuhan memberikan perintahNya terlebih dahulu baru janjiNya. Sudahkah kita menjalani perintahNya? Tanggungjawab kita adalah melakukan perintah Tuhan dengan sepenuh hati dan didalam segala hikmat, dan tanggungjawab Tuhanlah untuk menggenapi janji-janjiNya yang menyertai setiap perintahNya. Hal yang perlu diwaspadai adalah kita berlaku tidak adil pada Tuhan, dimana kita lebih meminta Tuhan bertanggungjawab untuk menggenapi janjiNya ketimbang kita melakukan perintahNya.

4. Nantikan jawaban Allah
Apapun yang terjadi, nantikanlah jawaban Tuhan. Memang kadangkala Tuhan terlalu lama untuk menjawab persoalan kita tetapi percayalah tidak ada yang salah dalam waktunya Tuhan untuk menjawab. Waktu Tuhan selalu terbaik buat kita. Jangan coba-coba kita mau menjadi pahlawannya Tuhan dengan kita bertindak diluar waktu Tuhan, seolah-olah Tuhan sudah kecapaian dan perlu pertolongan kita untuk meneruskan pekerjaanNya. Justru jika kita melakukan sesuatu diluar waktu Tuhan akan membuat kita sendiri repot dan susah. Jadi percayalah kepada hikmat Tuhan yang mengatur waktu dalam soal menjawab persoalan kita.

Oleh : Pdt. Hengky Setiawan

Yesus: Sahabat Orang Berdosa

Matius 9:9-13; Lukas 7:34

Banyak anak Tuhan yang jago kandang yaitu di gereja dia dihormati dan disanjung. Namun, di luar, dia bukan siapa-siapa.

Tentu saja, fakta ini bertolak belakang dengan ajaran Tuhan Yesus sendiri yang menyatakan bahwa kita harus menjadi garam dan terang dunia. Sebelum naik ke surga, Tuhan Yesus memberikan perintah supaya kita pergi ke dalam dunia dan memuridkan orang-orang. Persoalannya, akhir-akhir ini banyak orang Kristen yang merasa nyaman dengan kehidupan kekristenannya dan tidak lagi peduli dengan apapun yang terjadi di balik tembok gereja.

Tuhan Yesus bukan hanya mengajarkan kita untuk menjadi garam dan terang dunia melainkan selama hidup-Nya, Dia telah memberikan teladan yang indah dan praktis bagi kita semua. Tuhan Yesus tidaklah membentuk klub eksklusif bersama kedua belas murid-Nya. Sebaliknya, bersama dengan para murid-Nya, Tuhan Yesus sungguh-sungguh pergi berinteraksi bahkan melayani orang-orang berdosa.

Kembali ke kita. Jika kita menyebut diri sebagai murid Tuhan Yesus maka kita harus meneladai Tuhan kita dalam hal relasi dengan orang-orang yang belum percaya, termasuk terhadap mereka yang selama ini dianggap sampah masyarakat. Mari kita sungguh-sungguh bercermin pada teladan Tuhan Yesus.

1. Kita harus bergaul dengan orang yang tidak percaya.
Pergaulan yang dimaksud di sini bukan sekedar pergaulan biasa seperti Saudara hanya menyapa “selamat pagi” kepada tetangga atau rekan sekantor. Pergaulan di sini adalah pergaulan yang menceburkan diri ke dalam hidup mereka. Perhatikan, Tuhan Yesus makan bersama para pendosa.

Buat orang Timur Tengah pada zaman itu, makan bersama adalah tindakan atau simbol persekutuan yang akrab. Zaman itu, tidak ada tempat hiburan seperti mal atau bioskop. Satu-satunya acara persekutuan adalah ketika mereka makan bersama. Makan bersama juga menunjukkan suatu bentuk penerimaan yang sangat intim. Ketika kita diundang makan oleh seseorang pada zaman itu maka artinya orang itu menerima kita. Dan bila kita memenuhi undangan itu, berarti kita pun menerima orang yang mengundang kita. Di akhir perumpamaan Tuhan Yesus tentang anak yang hilang dalam Lukas 15, sang bapa menggelar pesta jamuan makan untuk sang anak bungsu yang kembali. Peristiwa makan ini merupakan simbol penting akan penerimaan sang bapa menerima kembali si bungsu.

Ketika Tuhan Yesus mau duduk semeja dengan orang berdosa. Makan bersama mereka. Ini jelas sekali menunjukkan Tuhan Yesus mau menerima mereka dan melibatkan diri-Nya ke dalam kehidupan orang-orang berdosa. Tuhan Yesus mau bergaul secara lebih intensif dan serius dengan orang berdosa. Dia membangun hubungan yang akrab dengan mereka.

2. Kita harus peka dan berbelas kasih terhadap kebutuhan orang yang tidak percaya.

Ini bisa terjadi, kalau kita belajar melihat sesama seperti Tuhan Yesus melihat mereka. Kita harus memiliki mata dan hati Kristus dalam memandang orang lain. Kitab-kitab Injil sering menggambarkan ketika Tuhan Yesus melihat orang-orang berdosa, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasih. Hati Tuhan Yesus mudah tersentuh oleh kebobrokan dan ketidakberdayaan manusia akibat dosa. Tuhan Yesus memandang orang berdosa bukan sebagai kanker yang harus dibuang, juga bukan sebagai pengganggu yang harus dienyahkan. Sebaliknya, Tuhan Yesus mengasihani mereka sebagai orang-orang yang patut dikasihi dan ditolong.

Tuhan Yesus lebih mengutamakan belas kasihan kita terhadap sesama daripada tindakan atau perilaku keagamaan kita. Ini jelas dalam ayat 13. Dia berkata bahwa Dia menghendaki belas kasihan daripada persembahan. Persembahan di sini adalah simbol dari tindakan ibadah rutin. Kalau kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia sehari-hari: “Aku menghendaki belas kasihan daripada ibadahmu setiap hari Minggu.”

Kalau kita memiliki belas kasihan maka kita tidak mudah tersinggung atau kecewa oleh perilaku orang belum percaya. Dokter yang baik tidak akan menolak pasien hanya karena pasienya punya karakter buruk. Seorang dokter yang profesional, dia tetap akan merawat dan menyembuhkan pasiennya walaupun pasiennya itu menjengkelkan.

3. Kita harus menjawab kebutuhan orang yang tidak percaya.

Belas kasih itu tidak boleh berhenti pada masalah perasaan dan keinginan. Belas kasih tanpa wujud nyata tidak berarti sama sekali. Seseorang bisa saja berkata ratusan kali bahwa dia mengasihi orang lain tetapi kalau dia tidak pernah mengulurkan tangannya untuk sungguh-sungguh membantu ketika orang lain itu membutuhkan, maka itu hanyalah omong kosong.

Tuhan Yesus bukan sekedar makan bersama orang berdosa.
Dia menyentuh dan menyembuhkan orang yang sakit kusta.
Dia membela wanita yang berzinah dan akan dihukum mati oleh masyarakat.
Dia menerima seorang pemungut cukai sebagai salah satu murid-Nya.
Dia menginjili wanita Samaria yang kawin cerai lima kali.
Dia membebaskan orang yang kemasukan setan yang sudah diasingkan oleh masyarakat ke kuburan.
Kehadiran Tuhan Yesus sungguh menjadi berkat indah dan luar biasa bagi orang-orang berdosa yang ditemui-Nya.
Waktu kita menolong orang lain, kita jangan mengharapkan apapun juga dari orang yang kita tolong.

Kita harus belajar tidak memiliki pamrih. Tidak semua orang yang ditolong dapat membalas kebaikan kita secara pantas. Bahkan belum tentu orang mengucapkan terima kasih. Ingat cerita 10 orang kusta yang disembuhkan Tuhan Yesus? Hanya 1 orang kusta yang kembali ke Tuhan Yesus dan mengucapkan terima kasih. Sisanya pergi begitu saja, bahkan tidak peduli untuk mengucapkan terima kasih.

Oleh: GI Jimmy Setiawan

Top