Slider[Style1]

Style2

Style5

Style4

Surat Gembala


Salam dan damai sejahtera dari Pemimpin Jemaat
kepada orang-orang kudus, warga Kerajaan Allah di GKBJ Taman Kencana Jakarta.

Tahun 2010 adalah tahun transformasi rohani. Sebagai warga Kerajaan Allah, kita melihat bagaimana terjadi kemenangan rohani yang besar dalam Ibadah dan Perayaan Natal kemarin. Hal yang paling membanggakan kami adalah ketika melihat bangku-bangku yang terisi penuh, yang berarti kita semua sebagai jemaat Kerajaan Allah telah mengajak lebih dari yang diharapkan. Halleluya ! Peran serta kita semua pastilah telah membuat Sorga bersukacita.


Memasuki tahun 2011, para pemimpin telah berdoa dan berpuasa mencari visi Tuhan Yesus, Raja dan Kepala Gereja kita. Melalui pergumulan akhirnya kami memastikan bahwa Tuhan ingin membawa kita pada transformasi ekonomi ! Melalui MERCY MINISTRY (Pelayanan Kemurahan Hati) dan EMPOWERING MINISTRY (Pelayanan Pemberdayaan Sumber-sumber Daya Jemaat), Tuhan mengajak kita untuk menjadi penampung kasih karunia Allah dan sekaligus menjadi penyalur kasih karunia itu. Kasih karunia Allah berbicara mengenai keselamatan (transformasi rohani) pun juga mengenai segala kebutuhan hidup fisik ita (transformasi ekonomi). Paulus menulis dalam Roma 8:32
Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
untuk menyebut penyediaan Allah bagi kehidupan anak-anakNya di bumi ini. Halleluya !

Sementara itu, kami juga melihat perlunya mengokohkan dasar dan sendi gereja kita yakni Komunitas Sel. Sebagai gereja sel, kita bergerak dalam transformasi Kerajaan Allah pertama dan terutama melalui komsel. Mulai dari menjangkau jiwa-jiwa baru, memfollow up mereka, memuridkan dalam kebenaran dan kuasa Allah, bahkan dalam membawa kehidupan jemaat ke level yang lebih tinggi – GKBJ Taman Kencana bergerak pertama dan terutama melalui Komsel. Itulah sebabnya, kami memutuskan untuk menguatkan lutut para pemimpin sel yang mungkin mulai goyah, api yang mungkin mulai pudar, dan visi yang mungkin mulai samar. Tahun 2011 sekaligus adalah tahun Reformasi Komsel (mengembalikan esensi Komsel) melalui pelayanan kepada PKS dan GS.

Kami percaya, karena Tuhan yang memberikan visi tahunan ini, Tuhan pulalah yang akan berjalan di depan, menggandeng setiap kita, hingga sampai kepada setiap Rencana Allah atas Gereja-Nya. Jadi, bersiap-siaplah mengantisipasi kegerakan Tuhan di tahun 2011.


Saudara sekasih karunia Allah


GI David N Purnomo

Yesus Sang Raja Damai


(Yesaya 1: 5-6; 11:1-10)

Kita hidup di dunia di mana di sana sini terjadi peperangan, baik antar bangsa, suku bangsa, anggota keluarga, antar teman, bahkan sesama saudara seiman. Belum lagi peperangan di dalam batin kita sendiri karena berbagai persoalan yang kita hadapi yang seringkali membuat kita diliputi berbagai kekuatiran, ketakutan, ketiadaan pengharapan, kebingungan, kekecewaan, kesakitan, dst. Semua itu membuat kita tidak lagi merasakan damai.

Nabi Yesaya diutus Tuhan ketengah-tengah bangsa Yehuda yang sedang menderita karena penjajahan bangsa asing, untuk menubuatkan kehadiran seorang Raja Damai yaitu Raja yang membawa damai sejahtera/ syalom.

Apa yang dinubuatkan nabi Yesaya ini sudah digenapi di dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Yesus Raja Damai itu juga adalah jawaban atas kerinduan kita akan kelepasan dari segala bentuk penderitaan. Apa yang dilakukan Yesus Raja Damai itu bagi kita?

1. Raja Damai Memberikan Harapan Baru (Yes 11:1-3a)
Umat Tuhan digambarkan seperti ‘tunggul Isai’. Tunggul adalah bekas pohon yang ditebang dan tidak akan tumbuh kembali; demikianlah bangsa Yehuda sudah runtuh kejayaannya dan tidak ada harapan untuk bangkit dan kembali dalam kejayaan seperti pada zaman raja Daud. Tetapi dengan cara-Nya yang ajaib, Tuhan menumbuhkan dari ‘tunggul’ itu suatu tunas yang baru yang kemudian bertumbuh menjadi taruk yang berbuah. Tunas ini berbicara tentang Mesias, yang oleh-Nya, bangsa Israel memiliki pengharapan akan pertolongan Allah.

Sama seperti bangsa Yehuda dalam nas ini yang digambarkan seperti ‘tunggul’, bisa saja kita kehilangan semangat dan pengharapan karena begitu banyaknya penderitaan dan pergumulan hidup yang kita hadapi. Namun, Yesus Raja Damai itu menjadi sumber pengharapan kita.

2. Raja Damai Memerintah dengan Kebenaran (Yes 11:3b-5)
Para penguasa dunia ini memerintah dengan kekuasaan dan seringkali dengan sewenang-wenang. Orang-orang di sekitar kita juga sering menghakimi dengan sekilas pandang saja, atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang, sehingga membuat kita merasa diperlkaukan tidak adil.

Namun Tuhan memerintah dengan keadilan, kejujuran dan kebenaran. Tidak ada hal yang lebih melegakan dan menenangkan kita ketika kita berpegang kepada kebenaran ini. Ketika kita digosipkan, disalahmengerti, difitnah, diperlakukan secara tidak adil, dipermainkan secara hukum, semua itu bisa merampas damai di hati kita, namun percayalah Tuhan kita tidak buta, cepat atau lambat Ia akan menyatakan kebenaran dan keadilan-Nya bagi kita.

3. Raja Damai Membawa Pemulihan Hubungan yang Sejati (Yes 11:6-7)
“Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing..” Ini menggambarkan sebuah hubungan yang penuh dengan damai. Yesus, Raja Damai itu bukan saja membawa damai dalam arti tidak lagi ada peperangan atau pertengkaran, tetapi mengubah permusuhan menjadi persahabatan. Hanya Yesus Raja Damai itu yang dapat membawa pemulihan hubungan yang sejati. Dimulai dari pemulihan hubungan antara Allah dan manusia oleh kematian Kristus, maka hubungan manusia dengan sesamanya juga dipulihkan. Dalam hal ini, kita anak-anak Tuhan yang harus menjadi pembawa damai dengan mempraktekkan pengampunan sebagaimana yang dilakukan Allah kepada kita yang berdosa.

Oleh: GI Susanna I.S

Maria: Penginjil yang Penuh Sukacita

Lukas 1:46-55

Oleh: GI Jimmy Setiawan

Kalau ada satu kata untuk mewakilkan seluruh semangat Natal maka kata itu adalah “sukacita”! Dalam ayat 47, Maria pun menyatakan bahwa dirinya bersukacita. Padahal secara situasi, Maria tidak memiliki alasan untuk membuat dirinya bersukacita. Kehamilannya di luar nikah berisiko hukuman mati oleh masyarakat Yahudi yang sangat ketat dalam hukum Taurat. Belum lagi, dia hamil di usia yang sangat muda. Ketidaknyamanan psikologis dan fisik pastilah dirasakannya tiap hari. Lantas mengapa Maria tetap memiliki sukacita?

Pertama karena Maria menerima anugerah Allah (ayat 48). Di sini Maria dengan jujur melihat dirinya sebagai tidak pantas dan tidak layak untuk menerima kebaikan Tuhan. Namun, di sisi lain, Maria mengakui akan kemurahan Allah yang memperhatikan kerendahan dirinya. Seseorang yang mengalami anugerah Allah pasti akan bersukacita.

Kedua karena Maria percaya bahwa Allah pasti bekerja di dalam hidupnya (ayat 49). Bagi Maria, Kristus tidak hanya numpang lahir lewat rahimnya. Melainkan, Allah pun memiliki rencana atas kehidupan Maria. Maria beriman bahwa Allah akan melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib atas dirinya. Kita pun harus belajar dari Maria. Anugerah Allah tidak sebatas anugerah keselamatan. Lebih jauh daripada itu, Allah memelihara hidup kita hari lepas hari. Inilah yang menjadi alasan kita bersukacita setiap hari.

Ketiga karena Maria percaya bahwa Allah pasti bekerja di dalam dunia (ayat 51-55). Proyek keselamatan Allah bukan hanya urusan jiwa kita, umat pilihan-Nya. Proyek keselamatan Allah menyangkut pembaharuan seluruh dunia ciptaan-Nya. Ketika Tuhan Yesus datang kedua kalinya kelak, dunia kita akan diperbaharui kembali. Orang jahat dan berdosa akan dihukum. Keadilan dan kedamaian (shalom) akan ditegakkan Allah untuk selama-lamanya. Umat Tuhan akan menikmati persekutuan dengan-Nya di dalam kekekalan.

Sukacita ini harus selalu memenuhi hati kita. Sewaktu kita menyampaikan kabar baik kepada orang yang belum percaya, kita harus turut menunjukkan kesaksian hidup yang penuh sukacita. Tidak cukup kita memiliki pengetahuan yang banyak tentang Yesus. Kita pun harus memiliki hidup yang diubah oleh Tuhan Yesus. Sukacita adalah daya tarik dan bukti bahwa kita adalah anak Allah.

Bagaimana kita memiliki sukacita sejati ini? Jika Maria bersukacita karena Tuhan Yesus hadir dalam rahimnya, maka kita dapat bersukacita bila kita terus menerus membuka palungan hati kita bagi Dia. Dalam bahasa Inggris, sukacita adalah “JOY”. JOY adalah singkatan dari Jesus Owns You (Yesus memilikimu) atau Jesus On Your side. (Yesus berada di sampingmu) Jika Yesus ada di dalam hidup kita, maka kita pasti memiliki sukacita ini! Amin!

Oleh: GI Jimmy Setiawan

Membangun Hubungan Untuk Memenangkan Jiwa



Lukas 10:1-12

Pendahuluan
Lima minggu lagi kita akan merayakan Natal. Hari-hari ini kita sudah memasuki tahap di mana setiap pembina dan pembawa mulai bertemu muka dan membangun hubungan. Pastikan, bahwa Anda sudah mendoakan nama-nama orang baru yang akan Anda bawa kepada Tuhan dalam KKR Natal nanti. Masih ada kesempatan bagi Anda menjadi pembawa sekaligus menjadi pembina.

“ Siapa bijak, mengambil hati orang..” (Amsal 11:30)

Terjemahan KJV frase “siapa bijak, mengambil hati orang” adalah “he who wins souls is wise“(siapa bijak, memenangkan jiwa!). Ayat ini memberitahu kita bahwa kalau kita ingin memenangkan jiwa maka kita harus bijak, pintar dan ahli. ”Memenangkan” artinya menerima, menarik, melibatkan, berbaur, menjalin,
berhubungan. Dengan kata lain ”memenangkan jiwa” adalah suatu hal yang berkaitan dengan ”hubungan”, hubungan kita dengan orang lain. Alkitab Berkeley menterjemahkan ayat di atas sbb : orang yang memenangkan teman adalah orang bijak. Hal ini berarti bahwa kita memenangkan orang untuk Tuhan dengan terlebih dahulu memenangkan mereka sebagai teman kita.

Ketika Tuhan Yesus mengutus ketujuhpuluh murid-Nya (Lukas 10:1-12), Ia memberikan kita beberapa langkah bagaimana membangun hubungan untuk akhirnya memenangkan jiwa.

1. Menyampaikan Damai Sejahtera
“Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini” (Lukas 10:5)

Pertama kali bertemu atau mengunjungi, Tuhan menginginkan kita untuk menyampaikan damai sejahtera-Nya/ syalom/ berkat kepada orang yang akan kita menangkan. Setiap orang di dunia ini pasti punya pergumulan, kesedihan, ketiadaan harapan dan penderitaan yang mungkin tidak dapat ia ceritakan kepada orang lain. Kedatangan kita yang menyampaikan damai sejahtera akan menyejukkan hati dan membawa pengharapan bagi mereka.


2. Membangun Persekutuan yang Sejati
“Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu…” (Lukas 10:7)

Setelah kita melihat tanda positif yaitu orang tersebut menerima kedatangan kita. langkah berikutnya yang perlu kita ambil adalah bersekutu dengan orang tersebut. Pada pertemuan pertama, tujuan utama adalah berkenalan, usahakan jangan terlalu lama bertamu, karena biasanya orang masih asing.
Selanjutnya, adalah penting untuk membangun hubungan yang sejati, bukan yang palsu, untuk mengenal mereka dengan lebih baik. Hanya ketika kita mengenal mereka dengan baik, mereka akan merasa lebih nyaman untuk membagikan kepedihan atau kebutuhan mereka. Setelah pertemuan atau kunujungan pertama, usahakan keep contact minimal 1 minggu 2 kali menanyakan kabarnya lewat telpon, sms atau sengaja menemuinya di tempat-tempat biasa dia ada. Sesekali kita mengundang mereka untuk makan, atau berolahraga bersama, atau bahkan dalam pertemuan social lainnya, (jangan terburu-buru ajak mereka ke gereja), hal ini akan memberi mereka kesempatan untuk melihat dan mengenal kita dengan lebih baik, dan kita harap mereka pun bisa melihat Kristus yang ada di dalam diri kita!

3. Menjawab Kebutuhan
“Dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ…” (Lukas 10:9a)

Ketika mereka menyadari bahwa Anda sungguh-sungguh mengasihi dan peduli terhadap mereka, dan bahwa Anda bersedia menjadi teman mereka, mereka akan membuka hatinya kepada Anda. Mereka akan membagikan kekuatiran mereka yang terdalam dan hal-hal yang menganggu mereka. Hal ini adalah kesempatan terbaik bagi kita untuk melayani kebutuhan mereka, kita dapat menawarkan untuk berdoa bagi mereka – jika mereka menolaknya, jangan tersinggung atau berpikir secara negatif. Sebaliknya berdoalah dalam doa pribadi anda supaya kasih Tuhan bekerja dalam kehidupan mereka.

Kita perlu menanamkan dalam pikiran kita bahwa kita hanyalah alat Tuhan untuk melakukan kehendakNya dan oleh karena itu kita perlu mengijinkan Roh Kudus untuk membimbing hati kita, tindakan dan pikiran kita dalam melayani kebutuhan orang yang kita layani.
Jika anda tidak dapat melayani kebutuhan mereka sendiri, mintalah bantuan PKS atau hamba Tuhan untuk menolong mereka.

4. Memproklamasikan Kerajaan Allah
“...katakanlah kepada mereka, Kerajaan Allah sudah dekat padamu.”
(Lukas 10:9b)

Setelah melalui langkah-langkah di atas, langkah keempat adalah memproklamasikan kepada mereka mengenai siapa Yesus itu dan apa yang telah Ia lakukan bagi kita di kayu salib dan di kehidupan kita sehari-hari.

Jika mereka masih ragu-ragu mengenai hal itu, jangan memaksa mereka, tapi biarkan Roh Kudus bekerja melalui anda pada saat anda membagikan mengenai iman anda. Jangan pula tersinggung atau merasa tertolak jika mereka belum siap untuk menerima Yesus. Mungkin saja terjadi bahwa andalah yang menabur benih iman dan orang lain menyiraminya dan orang lainnya lagi yang menuainya. Apapun juga hasilnya, biarlah Tuhan yang dimuliakan.

Bagikan undangan Natal dan berikan dorongan untuk hadir, kalau perlu, Anda menawarkan diri untuk menjemput atau menemaninya. Jika mereka menolak jangan kecil hati, teruslah bangun hubungan. Berdoalah bagi mereka dan biarlah Tuhan yang menjamah hati mereka.


Penutup
Lamanya waktu untuk melewati tahapan di atas bagi tiap orang berbeda-beda, bergantung respon, kedekatan, dan juga waktu Tuhan. Karena itu jangan kecil hati bagi yang sepertinya lama. Lakukan dengan hati yang tulus dan murni, selebihnya adalah bagian Tuhan.

Sumber dari buku: “Memenangkan Satu Jiwa Lagi Bagi Yesus”

Oleh: GI Susanna I Setiawan

KKR Natal 2010 : "Jawaban"


Minggu, 26 Desember 2010 Jam 16.00 WIB


Tempat The Palms Ballroom (Lotus & Orchid), Mal Taman Palem Lantai 5


Bagi anda yang membutuhkan informasi dan undangan dapat menghubungi Sdri. Winarni (021-95053023) atau Sekertariat GKBJ Taman Kencana (021-5552868)

Susunan Kepemimpinan GKBJ Taman Kencana Tahun 2010 - 2012

BERIKUT SUSUNAN MAJELIS GKBJ TAMAN KENCANA
PERIODE 2010 – 2012 :

KETUA MAJELIS : GUS E. CHANDRA
WAKIL KETUA : GOUW ERSEN
SEKRETARIS : DEWI AGUSTINI

ANGGOTA MAJELIS : -BAMBANG K. JUSUF
-SRIDADI
-THEN EN LIE
-SRI UTAMI

BADAN PENGURUS
KETUA : HENDRA PURNAMA
WAKIL KETUA : CHRISTOPER RAHMAT
SEKERTARIS : TITIN
DEPT MISI : SANDI VALENTINO
DEPT PEMBINAAN : HENDRA THEN
DEPT PELAYANAN : SUMANTRA
DEPT IBADAH : WINARNI
DEPT ANAK : THENI YULIANA
DEPT PENGGEMBALAAN : RIKI KRISTIAN
DEPT MULTIMEDIA : FERRY KRISTIAN
DEPT UMUM : ROMI



Komunitas yang Berdoa


Dalam Kis 4:1-22, kita dapat melihat tentang Petrus dan Yohanes yang memiliki keberanian menghadapi kecaman dari para imam dan tua-tua. Dan sesaat setelah mereka mengalami semua hal itu, mereka segera kembali kedalam komunitas mereka. Ketika mereka kembali kepada komunitas mereka (yaitu jemaat mula-mula), ada sesuatu hal yang luar biasa terjadi sehingga pada Kis 4:31, kita dapat melihat suatu hal besar terjadi atas mereka. Apakah yang terjadi ketika mereka kembali kepada komunitas mereka?

1. Mereka mensharingkan apa yang telah terjadi atas mereka. (ay. 23)
Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka. –Kis 4:23-

Ketika mereka kembali kepada komunitas mereka, hal pertama yang mereka lakukan adalah menceritakan segala sesuatu yang terjadi kepada mereka. Sebenarnya apabila Petrus dan Yohanes menceritakan masalah/ kesulitan ini kepada jemaat, ada kemungkinan akan membuat jemaat menjadi takut dan enggan untuk memberitakan injil. Tetapi mereka tetap memilih untuk menceritakan semuanya itu kepada mereka. Mereka berani menyatakan bahwa faktanya mengikut Kristus adalah seperti itu. Dengan mensharingkan masalah dan pergumulan kita, kita akan mendapat nasihat, pertolongan, dan dukungan doa dari orang-orang dalam komunitas kita.

2. Komunitas mereka (jemaat) berespon dengan mendoakan mereka (ay. 24)
Ketika jemaat mula-mula mendengar semuanya itu mereka langsung berdoa bagi mereka, sehingga di ayat 31, kita dapat melihat terjadi sesuatu yang besar atas mereka ketika mereka berdoa bersama-sama. Hal ini merupakan bagi teladan bagi kita semua, ketika ada seseorang dalam komunitas yang mensharingkan masalah/ kesulitan yang mereka alami, berdoa bagi mereka merupakan respon pertama yang haruslah kita lakukan. Apakah yang menjadi dasar doa mereka sehingga mereka mengalami kepenuhan Roh Kudus?


1. Fokus doa mereka adalah Allah bukan masalah mereka.



2. Mereka mengerti rencana Allah dan pelaksanaannya (ay. 25-28)



3. Mereka adalah orang yang siap untuk mati bagi Kristus (ay. 29-30)

Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.
-Kisah Para Rasul 4:31-

Oleh: Tyas Affandi

Siapa Takut?

Kisah Para Rasul 4:1-22

Dalam teks Firman yang kita baca, kita mendapati Petrus dan Yohanes ditangkap oleh para pemimpin agama yang gerah dengan ajaran mereka tentang Tuhan Yesus. Jika kita perhatikan, sebelum mereka ditangkap, pelayanan mereka menghasilkan begitu banyak buah. Dalam Kisah Para Rasul 2:41, Kebaktian Kebangunan Rohani pertama yang dipimpin oleh Petrus menuai tiga ribu jiwa. Buah pelayanan yang sangat fantastis! Bahkan persis dalam pasal 3, Petrus sempat melakukan suatu mukjizat yaitu seorang lumpuh dapat berjalan kembali. Di tengah keberhasilan pelayanan inilah, mereka berdua ditangkap.

Peristiwa ini mengajarkan kita suatu fakta penting yaitu kita pasti mengalami penderitaan dalam pelayanan dan pemberitaan Injil. Penderitaan dapat bersifat fisik seperti penganiayaan dan bersifat batin seperti cemoohan. Justru semakin kita maju dalam pelayanan, kita akan menghadapi semakin banyak tantangan yang berusaha untuk menggagalkan kita di tengah jalan. Mengapa? Karena musuh abadi kita, si iblis, tidak senang bila kita terus menerus berhasil. Dia akan melancarkan aneka serangan supaya kita gagal.

Namun, sebenarnya, penderitaan bukanlah halangan utama dalam pemberitaan Injil. Halangan utama adalah rasa takut untuk mengalami penderitaan. Rebecca Manley Pippert pernah mengatakan, “Ketakutan, bukan ketidakpedulian, adalah musuh penginjilan yang sesungguhnya.”

Kembali pada kisah Petrus dan Yohanes: Mereka malah tidak menunjukkan rasa takut ketika mereka diadili oleh para pemuka agama. Jangan lupa, para pemuka agama yang mengadili mereka adalah orang-orang yang sama yang telah menghukum mati Tuhan Yesus sekian bulan sebelumnya. Sepantasnyalah Petrus dan Yohanes dikecam rasa takut. Akan tetapi, kita tidak menemukan bahwa mereka menjadi tidak berdaya dan dilumpuhkan karena ketakutan. Sebaliknya, Petrus dengan berani menantang para pemuka agama yang begitu berkuasa.

Padahal, Petrus dan Yohanes bukanlah orang terpelajar seperti para pemuka agama. Petrus sendiri berprofesi sebagai seorang nelayan sebelum dia menjadi murid Tuhan Yesus. Jika kita ibaratkan, Petrus dan Yohanes seperti lulusan SD yang berhadapan dengan para profesor agama. Itulah yang membuat banyak orang terheran-heran karena melihat keberanian Petrus dan Yohanes walaupun mereka bukanlah orang terpelajar (ayat 13). Jelaslah bahwa keberanian Petrus dan Yohanes dalam memberitakan Injil tidaklah ditentukan oleh tingkat pendidikan.

Inilah pelajaran yang sangat penting dalam kita memberitakan Injil. Kita jangan sekali-kali menyandarkan keberanian kita pada pendidikan. Pertama, tidak semua kita adalah orang berpendidikan tinggi. Apakah lantas ini menjadi alasan kita tidak memberitakan Injil? Kedua, jika kita mengutamakan pendidikan maka kita akan selalu menemukan “lawan” yang lebih tinggi pendidikannya daripada kita. Jika demikian, apakah kita menjadi minder dan pengecut dalam memberitakan Injil? Sekali lagi, pendidikan tidak bisa menjadi dasar untuk keberanian kita.

Kalau demikian, apakah dasar kita untuk menjadi berani dalam memberitakan Injil di tengah dunia yang membenci kita? Dasar pertama adalah kita harus dipenuhi oleh Roh Kudus. Penulis Kisah Para Rasul mencatat pada ayat 8, Petrus begitu dipenuhi oleh Roh Kudus sehingga dia dengan berani menjawab pertanyaan para pemuka agama yang sangat marah kepadanya. Terlalu sering kita memahami bahwa kepenuhan Roh Kudus harus ditandai dengan aneka manifestasi yang spektakuler seperti berbahasa Roh dan sebagainya. Kita lupa bahwa salah satu bukti dari kepenuhan Roh yang sejati adalah kita menjadi berani dalam memberitakan Injil. Jika kita membaca Kisah Para Rasul 4:31, Firman Tuhan begitu jelas menyatakan bahwa para murid menjadi berani setelah mereka dipenuhi oleh Roh Kudus!

Dasar kedua bagi keberanian kita dalam memberitakan Injil adalah pengenalan yang intim dan pribadi akan Tuhan Yesus. Dalam ayat 19-20, Rasul Petrus berkata bahwa dia tidak mungkin bungkam dan tidak membagikan apa yang dia alami bersama dengan Tuhan Yesus. Bukankah ini kunci penting untuk kerinduan dan keberanian kita dalam memberitakan Injil? Jika kita ingin memiliki semangat yang berkobar-kobar bagi Injil maka kita harus pertama-tama mengalami Injil itu dalam kehidupan kita. Kita harus mengalami secara langsung apa artinya memiliki Kristus sebagai Tuhan, Raja, dan Juruselamat kita. Amin!

Oleh: GI Jimmy Setiawan

Komunitas Sel Yang Menjangkau Jiwa Baru


(Kisah Para Rasul 2:41-47; 4:32-35; 5:12-14)

Jemaat Kristen mula-mula mempraktekkan gaya hidup berkomunitas di rumah-rumah selain beribadah di Bait Allah. Komunitas Kristen ini menarik begitu banyak orang sehingga mereka bukan saja dihormati dan disukai kehadirannya tetapi banyak orang bersedia bergabung ke dalamnya.

Pertanyaannya: Apakah komunitas Anda hadir di lingkungan rumah, kantor, sekolah, kampus, dsb dihormati dan disukai orang serta mampu menjadi daya tarik orang untuk datang? Jangankan jiwa baru, Anda sendiri senang/ ingin datang ga?

Dari komunitas Kristen mula-mula kita akan mempelajari bagaimana komunitas sel kita dapat menjangkau jiwa baru? Sambil mendengarkan, sambil kita bandingkan dengan keadaan komsel kita.

1. Ada perjumpaan dengan kebenaran
“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul..” (2:42)
“Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus”. (4:33a)

Kata “bertekun” artinya “mengabdikan diri secara terus menerus”, artinya mereka bukan saja mendengar dan mendiskusikan kebenaran firman Tuhan tetapi mereka memberikan diri mereka untuk dicocokkan dengan Firman Tuhan sehingga terjadi pertobatan yang menghasilkan perubahan hidup.

Mengapa komsel kita tidak menarik banyak orang? Karena kita membaca dan membahas firman Tuhan tetapi tidak membiarkan firman Tuhan itu mengubah hidup kita, sehingga walaupun sudah ikut komsel sekian lama, hidup kita masih tetap hidup yang lama, yaitu melakukan kebiasaan buruk dan dosa kedagingan: iri hati, dendam, egois, malas, suka tersinggung, suka bertengkar, gossip, fitnah, dst.
Komsel seperti ini tidak akan membuat suami, isteri, keluarga dekat, teman kantor, tetangga, dst tertarik, malahan seringkali mereka sebal setiap kali kita berkata kita mau ke komsel.

2. Ada perjumpaan dengan kasih (2: 44-45 ; 4:32, 34-35)
Berikut ini data dan analisa menarik dari Rodney Stark, sosiolog yang meneliti pertumbuhan orang Kristen di 300 tahun pertama, dalam bukunya "The Rise of Christianity"...
Diperkirakan pada tahun 300 M, orang Kristen adalah 10% dari seluruh populasi kerajaan Romawi. Jika total populasinya 60 juta, maka 6 juta orang Kristen pada saat itu. Jika dihitung pada tahun 40 M, terdapat 1000 orang Kristen, maka selama 260 tahun gereja mengalami kenaikan kuantitas sebesar 40% per tahun!
Mengapa gereja mengalami pertumbuhan yang pesat. Salah satu temuannya adalah orang Kristen sangat peduli terhadap sesama manusia yang bukan Kristen. Dalam sejarah, kerajaan Romawi pernah ditimpa epidemi penyakit mematikan selama 2 kali dalam rentang 3 abad pertama tersebut. Orang yang bukan Kristen cenderung mengungsi keluar kota dan tidak peduli terhadap yang lain. Sedangkan orang Kristen malah menetap di kota yang terserang penyakit dan membantu mereka yang menderita. Tidak sedikit orang Kristen juga akhirnya tertular dan meninggal karena penyakit itu. Inilah yang membuat kekristenan menjadi agama yang dihormati dan disukai banyak orang saat itu.
Mengapa komsel kita tidak menarik banyak orang? Karena sedikit sekali perbuatan kasih yang kita nyatakan. Contohnya, apakah kita sungguh-sungguh mendoakan orang yang membutuhkan dukungan doa kita? Apakah kita bersukacita terlibat dalam pengumpulan dana untuk saudara seiman kita yang sedang membutuhkan? Apakah kita membiarkan perselisihan, perasaan tidak puas, kepahitan, dst ada di dalam komsel kita? Apakah setiap orang di dalam komsel datang untuk memberi dan melayani daripada diberi dan dilayani? Apakah anggota sel mengasihi PKS dan juga sebaliknya? Dst.

Komsel yang penuh dengan kasih, akan membuat setiap orang di dalamnya merasa nyaman dan yang lebih penting, Tuhan hadir di dalam komunitas yang mempraktekkan kasih yang adalah gaya hidup Allah.
3. Ada perjumpaan dengan kuasa (2:43; 5:12)
Seringkali anggota komsel tidak mengalami perjumpaan dengan kuasa Allah karena anggota komsel lebih sering membicara kegagalan daripada kemenangan, masalah daripada pengharapan, pokok-pokok doa daripada jawaban doa, dst, sehingga orang yang hadir dalam komsel tidak berfokus kepada Tuhan kita yang besar dan berkuasa.
Komsel juga akan kehilangan pengalaman akan kuasa Allah yang mampu menyelamatkan orang yang berdosa jika tidak keluar mencari jiwa yang baru, berdoa bagi orang yang sakit berat, dst.

Pertanyaan Diskusi:

Evaluasilah komsel Anda
1. Evaluasilah, apakah kehadiran komsel Anda ditunggu-tunggu atau diharapkan oleh Anda sendiri ? Apakah Anda pernah mendengar orang lain menyebutkan kelebihan komsel Anda? Dalam hal apa?
2. Berapa banyak di antara anggota komsel Anda sekarang merupakan hasil penginjilan dan pelayanan komsel atau anggota komsel Anda? Apa kesmipula n Anda?
3. Menurut Anda, dari ketiga poin di atas, mana yang paling butuh untuk dikembangkan agar komsel Anda dapat menarik jiwa baru percaya kepada Yesus? Diskusikan langkah kongkritnya dan praktekkan segera!




Reach One More For Jesus (Jangkau Satu Jiwa Lagi Buat Yesus)

Lukas 15 : 7

Satu jiwa itu berharga di mata Tuhan
• Tinggalkan 99 yang tak perlu pertobatan, untuk cari yang satu yang berdosa
• Yesus SENGAJA lewat Samaria, menuju ke sumur Yakub, untuk menemukan dan menyelamatkan perempuan Samaria yang terhilang
• Yesus sengajar lewat Dekapolis, menuju Gerasa untuk menemukan dan menyelamatkan orang yang kerasukan setan – dengan 2000 ekor babi
• Satu jiwa itu berharga di mata Tuhan.

Langkah pertama ”membawa jiwa kepada Yesus” adalah ”membawa Yesus kepada jiwa”
• Bersaksi = membawa Yesus kepada jiwa-jiwa, bersaksi berarti bercerita tentang apa yang telah Tuhan Yesus lakukan dalam hidup kita.
• Setelah jiwa itu tertarik pada Yesus, barulah ia ingin datang kepada Yesus. Inilah saatnya membawa jiwa kepada Yesus.
• Kalau dimulai ”membawa jiwa kepada Yesus” pastilah sulit, karena belum tertarik pada Yesus lalu didorong-dorong datang pada Yesus.
• Bawa jiwa pada Yesus tak usah ikut SPK atau pelatihan penginjilan, cuma bercerita khan pasti bisa
• Perempuan Samaria langsung membawa Yesus kepada orang-orang sekampungnya, dan mereka akhirnya tertarik untuk mencari Yesus dan akhirnya diselamatkan
• Mantan orang kerasukan dari Gerasa langsung diutus Yesus untuk menceritakan apa yang telah Tuhan Yesus lakukan dalam hidupnya

Gerakan “Reach One More for Jesus”
• Adopsi tiket : gerakan sukacita goceng, untuk sediakan kursi
• Adopsi jiwa : gerakan ”jangkau satu lagi buat Yesus”
• Langkah-langkah :
1. Adopsi jiwa baru melalui pendekatan pribadi, komsel, tim, atau dengan cara APAPUN
2. membuat Soul Meter : satu bunga untuk jiwa yang kita buat pendekatan / hubungan, satu buah untuk jiwa yang kita menangkan
3. Mendoakan dan menjalin hubungan = luangkan waktu, inisiatif
4. memperkenalkan ke Pemerhati / Pembina
5. memastikan adoptee hadir ke Perayaan Natal GKBJ TaKen
• target : adopsi 200 jiwa, dengan 400 adopter

Yohanes 20:21
• Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.
• Yesus = Anak Bapa, diutus hingga teteskan darah = siap berkorban
• Kita = anak Bapa, diutus hingga teteskan air mata, keringat, dana = siap berkorban
• Di belahan bumi ini 100.000 orang bertobat setiap hari. Apakah ada andil kita di dalam pertumbuhan jiwa ini ?

Kita tidak tahu bagaimana jadinya jiwa-jiwa itu.
• Betapa indahnya kalau melihat kita dipakai Tuhan untuk mengubah sejarah hidup seorang saudara kita, teman kita, tetangga kita.

Oleh: GI. David Purnomo

Dipimpin Oleh Iman

Iman adalah kekuatan, api yang menyala, dan kuasa rohani kehidupan kita. Ketiadaan iman akan membuat seluruh pelayanan kita kehilangan ketiganya. Saya percaya kita semua mengaku sudah memiliki iman, tetapi apakah iman itu sungguh memimpin hidup kita? Hidup yang dipimpin oleh iman adalah pengobar kekuatan, api, dan kuasa rohani! Jika tidak, sekalipun kita berkata ribuan kali kita mempunyai iman tetapi itu hal yang percuma. Bagaimana caranya seseorang dapat hidup dipimpin oleh iman?

1. Intim dengan Allah
Ini harus menjadi prioritas pertama dalam hidup anak Tuhan yang dipimpin oleh iman. Berbicara tentang keintiman dengan Allah, ini bukan sekadar kita dekat dengan Allah melalui saat teduh dan doa tetapi lebih jauh kita merelakan diri kita sendiri dipengaruhi oleh Firman Allah dan karakter Kristus setiap waktu dan disetiap aspek kepribadian kita.

Bahwa Kristus adalah sumber dari kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, dan kasih (Ef 4:2) merupakan keniscayaan jika keempat karakter dasar Kristus itu menjadi bagian kehidupan kita. Jika kita intim dengan Allah maka Firman Allah bukan hanya sebuah memori yang kita miliki dari hasil sebuah saat teduh, lebih jauh kita akan tajam mende ngar suara Allah yang berbicara dan yang menuntun dalam hidup kita entah pada saat kita bekerja, melayani, belajar, membuka usaha, dll. Jika kita belum merelakan diri secara aktif dipengaruhi oleh Firman Allah dan Karakter Kristus bisa jadi kita belum intim dengan Allah.

2 Mempercayai janji Allah
Allah menyediakan kekuatan yang lain untuk setiap anak-anak Tuhan menjadi kokoh dan tidak mudah tergoncangkan oleh badai kehidupan apapun. Kekuatan itu terletak pada janji Tuhan yang diberikan secara spesial buat anak-anak-Nya. Memperc ayai janji Tuhan itu berarti kita mempercayai bahwa Allah tidak pernah berdusta terhadap apa yang pernah Dia janjikan, sekalipun seolah-olah sekarang ini kita menghadapi jalan buntu (bd Keluaran 14:8-12). Mempercayai janji Tuhan itu juga berarti percaya akan kedaulatan Tuhan yang mengatur segala sesuatu, bahkan mengizinkan jalan buntu itu terjadi supaya kita dapat memahami betapa hebat kuasaNya yang membuat jalan keluar ditengah-tengah kemustahilan.

3. Ambil tanggungjawab
Tuhan tidak pernah mengizinkan anak-anakNya untuk hidup secara pasif dan naif. Mempercayai janji Tuhan bukanlah kesempatan untuk kita melemparkan tanggungjawab kehidupan kita ini kepada Tuhan. Di dalam Alkitab selalu memiliki pola dimana Tuhan memberikan perintahNya terlebih dahulu baru janjiNya. Sudahkah kita menjalani perintahNya? Tanggungjawab kita adalah melakukan perintah Tuhan dengan sepenuh hati dan didalam segala hikmat, dan tanggungjawab Tuhanlah untuk menggenapi janji-janjiNya yang menyertai setiap perintahNya. Hal yang perlu diwaspadai adalah kita berlaku tidak adil pada Tuhan, dimana kita lebih meminta Tuhan bertanggungjawab untuk menggenapi janjiNya ketimbang kita melakukan perintahNya.

4. Nantikan jawaban Allah
Apapun yang terjadi, nantikanlah jawaban Tuhan. Memang kadangkala Tuhan terlalu lama untuk menjawab persoalan kita tetapi percayalah tidak ada yang salah dalam waktunya Tuhan untuk menjawab. Waktu Tuhan selalu terbaik buat kita. Jangan coba-coba kita mau menjadi pahlawannya Tuhan dengan kita bertindak diluar waktu Tuhan, seolah-olah Tuhan sudah kecapaian dan perlu pertolongan kita untuk meneruskan pekerjaanNya. Justru jika kita melakukan sesuatu diluar waktu Tuhan akan membuat kita sendiri repot dan susah. Jadi percayalah kepada hikmat Tuhan yang mengatur waktu dalam soal menjawab persoalan kita.

Oleh : Pdt. Hengky Setiawan

Yesus: Sahabat Orang Berdosa

Matius 9:9-13; Lukas 7:34

Banyak anak Tuhan yang jago kandang yaitu di gereja dia dihormati dan disanjung. Namun, di luar, dia bukan siapa-siapa.

Tentu saja, fakta ini bertolak belakang dengan ajaran Tuhan Yesus sendiri yang menyatakan bahwa kita harus menjadi garam dan terang dunia. Sebelum naik ke surga, Tuhan Yesus memberikan perintah supaya kita pergi ke dalam dunia dan memuridkan orang-orang. Persoalannya, akhir-akhir ini banyak orang Kristen yang merasa nyaman dengan kehidupan kekristenannya dan tidak lagi peduli dengan apapun yang terjadi di balik tembok gereja.

Tuhan Yesus bukan hanya mengajarkan kita untuk menjadi garam dan terang dunia melainkan selama hidup-Nya, Dia telah memberikan teladan yang indah dan praktis bagi kita semua. Tuhan Yesus tidaklah membentuk klub eksklusif bersama kedua belas murid-Nya. Sebaliknya, bersama dengan para murid-Nya, Tuhan Yesus sungguh-sungguh pergi berinteraksi bahkan melayani orang-orang berdosa.

Kembali ke kita. Jika kita menyebut diri sebagai murid Tuhan Yesus maka kita harus meneladai Tuhan kita dalam hal relasi dengan orang-orang yang belum percaya, termasuk terhadap mereka yang selama ini dianggap sampah masyarakat. Mari kita sungguh-sungguh bercermin pada teladan Tuhan Yesus.

1. Kita harus bergaul dengan orang yang tidak percaya.
Pergaulan yang dimaksud di sini bukan sekedar pergaulan biasa seperti Saudara hanya menyapa “selamat pagi” kepada tetangga atau rekan sekantor. Pergaulan di sini adalah pergaulan yang menceburkan diri ke dalam hidup mereka. Perhatikan, Tuhan Yesus makan bersama para pendosa.

Buat orang Timur Tengah pada zaman itu, makan bersama adalah tindakan atau simbol persekutuan yang akrab. Zaman itu, tidak ada tempat hiburan seperti mal atau bioskop. Satu-satunya acara persekutuan adalah ketika mereka makan bersama. Makan bersama juga menunjukkan suatu bentuk penerimaan yang sangat intim. Ketika kita diundang makan oleh seseorang pada zaman itu maka artinya orang itu menerima kita. Dan bila kita memenuhi undangan itu, berarti kita pun menerima orang yang mengundang kita. Di akhir perumpamaan Tuhan Yesus tentang anak yang hilang dalam Lukas 15, sang bapa menggelar pesta jamuan makan untuk sang anak bungsu yang kembali. Peristiwa makan ini merupakan simbol penting akan penerimaan sang bapa menerima kembali si bungsu.

Ketika Tuhan Yesus mau duduk semeja dengan orang berdosa. Makan bersama mereka. Ini jelas sekali menunjukkan Tuhan Yesus mau menerima mereka dan melibatkan diri-Nya ke dalam kehidupan orang-orang berdosa. Tuhan Yesus mau bergaul secara lebih intensif dan serius dengan orang berdosa. Dia membangun hubungan yang akrab dengan mereka.

2. Kita harus peka dan berbelas kasih terhadap kebutuhan orang yang tidak percaya.

Ini bisa terjadi, kalau kita belajar melihat sesama seperti Tuhan Yesus melihat mereka. Kita harus memiliki mata dan hati Kristus dalam memandang orang lain. Kitab-kitab Injil sering menggambarkan ketika Tuhan Yesus melihat orang-orang berdosa, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasih. Hati Tuhan Yesus mudah tersentuh oleh kebobrokan dan ketidakberdayaan manusia akibat dosa. Tuhan Yesus memandang orang berdosa bukan sebagai kanker yang harus dibuang, juga bukan sebagai pengganggu yang harus dienyahkan. Sebaliknya, Tuhan Yesus mengasihani mereka sebagai orang-orang yang patut dikasihi dan ditolong.

Tuhan Yesus lebih mengutamakan belas kasihan kita terhadap sesama daripada tindakan atau perilaku keagamaan kita. Ini jelas dalam ayat 13. Dia berkata bahwa Dia menghendaki belas kasihan daripada persembahan. Persembahan di sini adalah simbol dari tindakan ibadah rutin. Kalau kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia sehari-hari: “Aku menghendaki belas kasihan daripada ibadahmu setiap hari Minggu.”

Kalau kita memiliki belas kasihan maka kita tidak mudah tersinggung atau kecewa oleh perilaku orang belum percaya. Dokter yang baik tidak akan menolak pasien hanya karena pasienya punya karakter buruk. Seorang dokter yang profesional, dia tetap akan merawat dan menyembuhkan pasiennya walaupun pasiennya itu menjengkelkan.

3. Kita harus menjawab kebutuhan orang yang tidak percaya.

Belas kasih itu tidak boleh berhenti pada masalah perasaan dan keinginan. Belas kasih tanpa wujud nyata tidak berarti sama sekali. Seseorang bisa saja berkata ratusan kali bahwa dia mengasihi orang lain tetapi kalau dia tidak pernah mengulurkan tangannya untuk sungguh-sungguh membantu ketika orang lain itu membutuhkan, maka itu hanyalah omong kosong.

Tuhan Yesus bukan sekedar makan bersama orang berdosa.
Dia menyentuh dan menyembuhkan orang yang sakit kusta.
Dia membela wanita yang berzinah dan akan dihukum mati oleh masyarakat.
Dia menerima seorang pemungut cukai sebagai salah satu murid-Nya.
Dia menginjili wanita Samaria yang kawin cerai lima kali.
Dia membebaskan orang yang kemasukan setan yang sudah diasingkan oleh masyarakat ke kuburan.
Kehadiran Tuhan Yesus sungguh menjadi berkat indah dan luar biasa bagi orang-orang berdosa yang ditemui-Nya.
Waktu kita menolong orang lain, kita jangan mengharapkan apapun juga dari orang yang kita tolong.

Kita harus belajar tidak memiliki pamrih. Tidak semua orang yang ditolong dapat membalas kebaikan kita secara pantas. Bahkan belum tentu orang mengucapkan terima kasih. Ingat cerita 10 orang kusta yang disembuhkan Tuhan Yesus? Hanya 1 orang kusta yang kembali ke Tuhan Yesus dan mengucapkan terima kasih. Sisanya pergi begitu saja, bahkan tidak peduli untuk mengucapkan terima kasih.

Oleh: GI Jimmy Setiawan

Sikap Terhadap Pemimpin Jemaat

Kisah Para Rasul 6:1-7

Pemilihan adalah hal yang SERIUS dan mengandung MENGANDUNG KONSEKUENSI (RESIKO).

• Salah memilih buah : buah tak matang membuat sakit perut, buah busuk akhirnya terbuang sia-sia dan merugi.
• Memilih teman mengandung resiko terpengaruh
• Memiilih agama mengandung konsekuensi sorga atau neraka, hidup bermartabat atau tercela

Memilih Pemimpin Jemaat adalah hal yang sangat serius. Jika pilihannya salah, akan membawa resiko Itu bagi perkembangan jemaat. Itu sebabnya dalam Kis 6:2 para rasul menyerahkan proses pemilihan ini kepada PARA MURID. Para pemilih adalah orang percaya yang sungguh bertumbuh dalam kedewasaan untuk menjadi serupa Kristus, bukan sembarang jemaat. Dan puji Tuhan, seluruh murid melakukan pilihan dengan bertanggung jawab. Hasilnya, ayat 7 mencatat jemaat makin berkembang dan terjadi penetrasi serta terobosan yang dahsyat.

Tata Gereja kita saat ini mensyaratkan pemilihan Majelis dilakukan oleh JEMAAT. Disini Tata Gereja sebenarnya berasumsi bahwa seluruh jemaat memiliki kedewasaan rohani (sehingga tidak melakukan pemilihan secara kekanak-kanakan, misalnya berdasarkan favoritisme dst), punya beban atas gereja (tidak asal pilih karena tak rasa hasil pilihan itu ada sangkut pautnya dengan kehidupannya), dan bisa melihat kebutuhan pelayanan gereja.

Jemaat yang terlalu miskin pemahaman akan pemimpin jemaat sepantasnya tidak ambil bagian dalam pemilihan pemimpin jemaat. Itulah sebabnya tahun ini Gereja kita selama 3 minggu ini memberikan pemahaman mengenai pemimpin gereja dalam kebanktian umum.

Mengenal peran pemimpin jemaat dan bersikap terhadap mereka :

1.Orang yang Berdedikasi = HARUS DIHORMATI (Filipi 2:29)

• Pemimpin adalah orang yang rela bekerja keras dan berkorban bagi jemaatnya. Paulus menunjukkan dedikasi Epafroditus dan Timotius kepada jemaat Filipi, kemudian barulah Paulus meminta jemaat untuk menghormati dan menghargai orang-orang seperti mereka ini.

• Jemaat harus belajar menghormati mereka yang sudah rela memangku jabatan rohani sebagai pemimpin jemaat. Mereka yang rela membagi waktu dan beban secara khusus untuk pekerjaan Tuhan, di luar kesibukan pekerjaan dan urusan keluarga.

• Itu sebabnya pillihlah pribadi yang menimbulkan rasa hormat di hati anda, karena dedikasinya selama ini

2.Orang yang mengandalkan Tuhan = IKUT MENCIPTAKAN ATMOSFIR ROHANI (Kisah 14:23)

• Menjalankan pelayanan harus didasarkan pada Tuhan sebagai Sumber Kepercayaan para pelayan jemaat.

• Pdt. Wayne Barber merintis gereja Woodland Park. Dari 130 jemaat, dalam 9 tahun menjadi 2400 jiwa. ”saya menyadari persoalan saya bukan mencari manusia atau menciptakan program yang hebat. Yg saya perlukan adalah urapan Roh Kudus.” Saat anggaran gereja kurang 94.000 dolar (hampir 1M), dia ajak para pemimpin berdoa, ”kami tidak pernah mengitimasi jemaat, kecuali mengharuskan mereka mentaati Allah. Kami punya masalah, dan tak tahu harus berbuat apa. Saya bukan Roh Kudus. Maukah Engkau berbicara kepada jemaat pagi ini?” Hasilnya hari itu persempahan terkumpul 131.000 dolar.

3.Orang yang memperjuangkan visi Kerajaan Allah = harus DIDUKUNG (Efesus 1:23)

• Allah memiliki visi agar dunia ini dpenuhi semua dan segala sesuatu dengan nilai-nilai Kerajaan Alalh. Dan cara untuk mencapainya (misi Allah) adalah membangun Gereja sebagai tubuh Kristus du dunia ini. Transformasi dunia melalui transformasi pribadi

• Sejalan dengan visi Kerajaan Allah ini, gereja kita memiliki pernyataan visi : menjadi gereja yang membawa orang kepada Kristus, bertumbuh, dan memberkati. Pemimpin jemaat bertanggung jawab untuk membawa seluruh jemaat menjadi pemenang jiwa, bertumbuh secara maksimal ke arah Kristus, dan menjawab panggilan Tuhan untuk memberkati tubuh Kristus yang lain serta dunia ini.

• Visi tersebut dicapai (misi) melalui penyembahan, kesaksian, pemuridan, dan komunitas sel. Yang dimaksud dengan penyembahan adalah membangun hubungan intim dengan Tuhan, kesaksian berarti mendemonstrasikan perubah hidup, pemuridan adalah pembentukan terus menerus hingga serupa Kristus, dan kemunitas sel yang adalah gaya hidup berkomunitas

4.Orang yang menjaga nilai-nilai = RELA DITEGUR (Kisah 20:28-31)

• Sementara gereja dipanggil untuk mengubah nilai-nilai dunia dan, dunia pun ingin memasukkan nilai-nilainya ke dalam tubuh Kristus. Itu sebabnya para pemimpin HARUS ADA untuk menjaga nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam jemaat.

• Sebelum meninggalkan jemaat kepada para penatua, Paulus mengingatkan mereka bahwa jemaat itu didapat Bapa dengan darah yang mahal, darah Anak-Nya sendiri. Setelah ditebus, kini mereka diserahkan dalam penjagaan para gembala yakni seluruh penatua jemaat. Itu sebabnya Paulus minta mereka sungguh-sungguh menjaga kawanan domba Allah ini dari serangan serigala-serigala – yakni nilai-nilai dunia – yang akan mencoba mencabil-cabik iman mereka.

• Adalah tugas penatua untuk mendampingi, memperingatkan, dan menegor jemaat saat jemaat mulai menyimpang dari kebenaran. Jika jemaat mendapatkan teguran, kita jangan TER-singgung, namun harus TERima kasih. Mengapa? Karena dengan teguran itu kita bisa hidup lebih baik dan lebih berkenan di mata Tuhan dan sesama.

Minggu, 22 Agustus 2010 ini kita semua memilih para pemimpin jemaat. Berkat Tuhan beserta kita dalam proses pemilihan yang ada, sehingga kita mendapatkan para pemimpin jemaat. Hormati mereka, berperan sertalah dalam membangun atmosfir rohani, dukunglah dalam mewujudkan visi dan misi gereja, serta bersukacitalah dalam penggembalaan dan teguran mereka. Tuhan Yesus memberkati.

Oleh: GI David N Purnomo, ST, STh.

Kebaktian Syukur dan Peresmian GKBJ Pos Surabaya

Puji Syukur kepada Tuhan, Akhirnyagereja BERLIAN (BERkeLImpahan ANugrah) Surabaya telah resmi bergabung sebagai POS dibawah naungan Gereja Kristen Baptist Jakarta Taman Kencana dengan sebutan GKBJ Pos Surabaya. Proses ini tidak lepas dari rencana Tuhan karena masing-masing pihaktelah mengalami proses pergumulan dan doa.

Kebaktian pada tanggal 19 Juli 2010 diadakan dengan penuh ucapan syukur dan tidak lupa untuk meminta dukungan doa bagi ketua dan wakil badan pengurus beserta para ketua departemen yang baru dibentuk, supaya dapat memberikan yang terbaik dalam pelayanan di GKBJ Pos Surabaya.

Dukungan doa tidak hanya diberikan oleh hamba Tuhan Taman Kencana, melainkan juga oleh majelis, jemaat, hamba tuhan dan tamu undangan yang merupakan rekan-rekan pelayanan di Surabaya.

Kebaktian syukur dengan worship leadeR GI Tyas Affandi dan tim musik GKBJ Taman Kencana, dilengkapi dengan drama musikal yang menyemtuh oleh pemuda remaja GKBJ Pos Surabaya. Drama tanpa dialog ini menceritakan bagaimana Tuhan menciptakan manusia untuk memuliakan Dia, lalu si jahat membuat manusia jauh dari Tuhan.

Ketiak manusia sadar dan ingin kembali pada Tuhan, bukanlah proses yang mudah, karena si jahat selalu menghalang-halangi. Oleh karena itu, Tuhan sendiri yang mengalahkan si jahat dan menghamppiri manusia. Setelah itu dilanjutkan dengan pemberitaan firman oleh bapak Pdt Johan Gofur dengan tema "jangan lupa segala kebaikanNya" (Mazmur 103:1-5)

Diakhir acara ada penandatanganan piagam sebagai tanda diresmikannya GKBJ Pos Surabaya yang dilakukan oleh bapak Bing Siswanto selaku Ketua Majelis GKBJ Taman Kencana dan GI Susanna selaku Pjs. Gembala Sidang GKBJ Taman Kencana.

Melalui semua ini menunjukan besarnya harapan GKBJ Pos Surabaya dapat menjadi gereja yang membawa orang kepada Kristus, bertumbuh dan menjadi saluran tangan Tuhan untuk memberkati gereja-gereja di surabaya. Solideo Gloria.

Oleh: GI. Susanna I.S

Hikmat Allah dalam Memilih

 
Kisah Para Rasul 1:12-26

Dalam kisah ini, kita membaca tentang bagaimana kesebelas Rasul mencari pengganti Yudas Iskariot yang telah mati karena bunuh diri. Proses ini sangat penting karena mereka mencari siapa yang akan menjadi pemimpin tertinggi (Rasul keduabelas) bagi kawanan umat Allah. Itu sebabnya, kisah ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita sekalian yang akan mengadakan pemilihan Majelis periode 2010-2012 pada tanggal 22 Agustus nanti.

Prinsip yang mendasar dari pemilihan pemimpin gereja adalah: Tuhanlah yang memilih pemimpin gereja karena hanya Dia yang mengenal hati para pemimpin. Dan ingat: Hati lebih penting daripada karunia atau kemampuan. Buat apa seseorang punya karunia memimpin yang hebat tetapi dia tidak rendah hati dan mengasihi gereja dengan tulus? Dia akan menjadi pemimpin yang otoriter, egois, dan manipulatif.

Dalam ayat 24, para murid Tuhan Yesus berdoa, “...tunjukanlah kiranya siapa yang Engkau pilih...” Jelas sekali, walaupun secara kasat mata kitalah yang memilih, dalam level rohani Allahlah yang berdaulat dalam menentukan siapa pemimpin gereja-Nya!

Prinsip penting ini menuntun kita pada dua elemen yang tidak boleh tidak ada dalam proses pemilihan. Pertama, kita harus berdoa. Kita harus meminta pimpinan Tuhan. Kita menyadari bahwa kita tidak mungkin mengenal hati para calon Majelis. Kita dapat salah memilih. Para murid Tuhan Yesus dalam kisah tersebut juga berdoa sebelum proses pemilihan (ayat 24). Mari kita berkomitmen untuk berdoa bagi pemilihan Majelis setiap hari sampai hari-h.

Kedua, kita harus memakai kriteria obyektif dalam menentukan pilihan kita. Para murid Tuhan Yesus menentukan kriteria yaitu pengganti Yudas haruslah dari kalangan para murid yang setia mengikuti Yesus sejak dibabtiskan oleh Yohanes Pembabtis sampai kenaikan Dia ke surga (ayat 21-22). Tentu saja, kita tidak dapat memakai kriteria yang sangat khas ini. Sebaliknya, kita menggunakan 1 Timotius 3:1-7 dan Titus 1:5-10 sebagai kriteria obyektif untuk memilih penilik jemaat (Majelis).
Akhirnya, kita harus menyadari bahwa mekanisme akhir pemilihan tidak ada yang sempurna. GKBJ Taman Kencana memakai pemilihan berdasarkan suara terbanyak (majority vote).

Mekanisme ini pun ada kelemahannya yaitu bila pemilih tidak dewasa dan tidak dididik maka mayoritas dapat memilih karena alasan yang salah! Itu sebabnya, kita harus menyadari ada enam alasan yang salah dalam memilih:

1. Popularitas.
Janganlah memilih seseorang semata-mata karena dia lebih sering tampil di muka umum. Popularitas seseorang tidak identik dengan integritas atau karakter seseorang.

2. Kedekatan.
Janganlah memilih hanya karena dia adalah keluarga, sahabat, atau atasan kita.

3. Sentimen.
Sentimen dapat positif atau negatif. Contoh sentimen positif: Kita memilih seseorang karena kita berhutang budi dengannya. Contoh sentimen negatif: Kita menolak seseorang karena kita pernah konflik pribadi dengannya.

4. Kesamaan profil.
Kita tidak boleh memilih seseorang hanya karena dia memiliki suku, latar belakang ekonomi, jenis kelamin, atau pendidikan yang sama dengan kita.

5. Rasa kasihan.
Jangan juga memilih hanya karena kita kasihan pada orang tersebut.

6. Stigma atau label.
Terakhir, kita jangan menolak seseorang hanya karena dia pernah melakukan kesalahan atau dosa di masa lalu. Jika dia pernah bersalah dan dia sudah mengaku dosa serta bertobat, maka kita tidak boleh dipengaruhi oleh masa lalunya yang buruk itu. Kita harus ampuni sama seperti Tuhan telah mengampuni dia.

Oleh: GI Jimmy Setiawan

Diutus dan Disertai

Yesaya 6:1,8-13; Matius 28:18-20
Jenjang terakhir ini adalah suatu transisi yang sangat penting antara ibadah dengan kehidupan kita selanjutnya. Apakah ibadah hari Minggu terpisah dari kehidupan kita terjawab dalam jenjang terakhir ini. Jenjang terakhir ini sangatlah penting karena mempersiapkan kita untuk masuk ke dalam dunia.
Kalau saya dapat ringkaskan, ada dua tindakan Allah yang merupakan intisari dari jenjang terakhir ini.

1. Tuhan memberikan TUGAS: Kita DIUTUS.
Hal yang terpenting dari pengutusan bukanlah tugas itu. Melainkan, SIAPA yang mengutus. Kalau kita tidak memahami siapa yang mengutus kita, maka kita mudah sekali menolak tugas ini. Atau kalaupun kita terima, kita tidak dengan sungguh-sungguh dan setia dalam menjalankannya.

Kalau kita kembali pada kisah pengutusan nabi Yesaya, Tuhan sengaja memperlihatkan
kebesaran dan kemuliaan diri-Nya. Sebelum Tuhan memberikan amanat, Dia membiarkan Yesaya melihat Tuhan di tahta-Nya. Tuhan mau Yesaya memahami siapakah Tuhan yang akan mengutus dirinya. Kalau kita kehilangan pemahaman siapa yang mengutus kita, dalam hal ini adalah Allah, maka sekali lagi mudah bagi kita untuk menolak tugas.

Ini pula yang menjadi rahasia keberanian Daud ketika menghadapi Goliat. Bayangkan, seorang anak kecil berusia sekitar 12-14 tahun menghadapi raksasa Goliat setinggi 2 meter lebih. Apa yang dapat membuat anak kecil ini berani?

Mari baca 1 Samuel 17:45. Di situ, Daud berkata bahwa dia datang dalam nama Tuhan semesta alam. Ini menunjukkan bahwa Daud sadar Allah telah mengutus dia untuk membela bangsa Israel. Ingat, peristiwa Daud melawan Goliat ini terjadi setelah dia diurapi menjadi raja bangsa Israel.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sadar bahwa kita pun diutus oleh Allah yang pernah mengutus Daud melawan Goliat? Apakah kita punya keberanian yang sama dengan Daud dalam melawan goliat-goliat kehidupan? Apakah kita berani melawan goliat yang bernama kecemasan dan kekuatiran? Goliat pencobaan? Goliat masa lalu yang suram? Goliat masa depan yang tidak jelas? Goliat ekonomi yang sulit? Goliat penyakit? Goliat karakter dan kebiasaan yang buruk? Goliat masalah rumah tangga? Saudara, ketahui dan camkanlah dalam hatimu bahwa kita diutus Allah untuk melawan goliat-goliat itu. Kuatkan hatimu.

2. Tuhan memberikan JANJI: Kita DISERTAI.

Saudara, kalau kita berhenti pada diutus, maka kita belum memahami arti keindahan hidup bersama Tuhan. Kita diutus dan disertai!

Saudara, bagaimana Tuhan menyertai kita? Yang jelas Tuhan menyertai kita sepanjang waktu. Orangtua kita saja belum tentu bisa menyertai kita 7x24 jam. Orangtua ketika menghantar anaknya ke sekolah, orangtua tidak ikut duduk di samping anaknya. Orangtua tidak di samping sang anak ketika anak itu mengalami kesulitan belajar di sekolah. Tidak begitu dengan Tuhan! Tuhan menyertai kita di sepanjang hidup kita. Yesus berjanji, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” (Matius 28:20).

Bukan hanya Tuhan menyertai kita sepanjang waktu, Dia pun menyertai kita di segala tempat. Max Lucado pernah menuliskan begini, “Anda tidak akan pernah pergi ke tempat Allah tidak di sana. Anda mungkin dipindah, didaftar, diangkat, ditugaskan kembali, atau opname di rumah sakit tetapi, tanamkan kebenaran ini di hati Anda, Anda tidak akan pernah ke tempat Allah tidak ada di sana.”

Tentu saja, Tuhan menyertai bukan berarti bebas dari masalah. Justru kalau hidup ini bebas dari masalah maka kita tidak perlu penyertaan Tuhan. Karena hidup ini begitu berat dan sukar maka kita perlu penyertaan-Nya. Tuhan tahu ini. Itu sebabnya, Dia memberikan janji-Nya untuk menyertai kita.

Ingat, seperti kata Tuhan Yesus, kita diutus ke tengah serigala. Kita diutus ke tengah dunia yang membenci kita. Kalau Tuhan tidak mendampingi kita, kita akan babak belur oleh dunia ini.

Implikasi praktis dari kebenaran kedua ini adalah kita tidak mudah menyerah di tengah jalan. Kita akan setia sampai akhir. Saya pikir kesetiaan seseorang kepada Tuhan harus didasari dengan kesadaran bahwa Tuhan menyertai hidupnya. Kita mudah mundur dan mogok terutama ketika kita merasa Tuhan jauh dari kita. Namun, bila kita senantiasa mengingat bahwa Tuhan tetap dekat dengan kita, maka kita tidak mudah putus asa.

Penutup
Kita akan menjadi orang Kristen yang MALAS bila kita mengabaikan tugas dari Tuhan.
Kita akan menjadi orang Kristen yang PENGECUT bila kita mengabaikan janji dari Tuhan.

Oleh: GI. Jimmy Setiawan

Pemberitaan Firman Dan Pembaharuan Komitmen

(2 Tim3:16-4:4)
Beberapa contoh tindakan liturgikal dalam ibadah jenjang ke-3&4 membawa setiap jemaat pada pemberitaan Firman dan pembaharuan komitmen. Bagian ini terletak di tengah ibadah dan pada umumnya bagian pemberitaan Firman dianggap sebagai bagian inti dari suatu ibadah. Jika kita berpikir demikian, maka kita cenderung akan mengabaikan tata urutan ibadah yang lain, dan menganggap pemberitaan Firman saja bagian yang penting. Padahal sebenarnya seluruh bagian/segmen ibadah dari awal hingga akhir adalah satu rangkaian yang akan memberkati kita. Penting sekali untuk kita tidak mengabaikan satupun urutan dari segmen ibadah yang ada.

Pemberitaan Firman adalah bagian dari tindakan liturgical dimana Firman Tuhan dikupas secara mendalam. Pesan dari sebuah Pujian dan penyembahan yang kita nyanyikan pada jenjang ibadah sebelumnya bermaksud untuk mengantarkan kita pada tema pemberitaan Firman ini. Ada berbagai macam motivasi seseorang dalam meresponi Firman. Diperlukan sikap hati yang tepat untuk membuka diri kita untuk diarahkan, dihibur, ditegur, dikuatkan serta dibentuk oleh Firman Tuhan. Berikut beberapa sikap yang salah dalam mendengar pemberitaan Firman Tuhan :

Tidak betah mendengar Firman Tuhan
Mencari ajaran yang memuaskan telinga
Memalingkan telinga dari kebenaran
Membuka telinga bagi dongeng
Apa manfaat dari Firman Tuhan bagi kita orang percaya (2 Tim3:16) :
Firman Tuhan mengajar kita
Firman Tuhan menyatakan kesalahan/dosa kita
Firman Tuhan memeperbaiki kelakuan/perbuatan kita
Firman Tuhan mendidik dan menuntun kita pada kebenaran

Sikap kita seharusnya setelah mendengar Firman Tuhan adalah melakukan/ berkomitmen. Komitmen berasal dari kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu “Commitment” yang memiliki kata dasar “commit”, yang artinya melakukan. Tuhan Yesus menjelaskan dua macam dasar dari sikap seseorang yang bijaksana dan yang bodoh dalam mendengar perkataan-Nya (Mat 7:24-27). Jika kita ingin memiliki kehidupan yang kuat, kuncinya cukup 2 aspek, yaitu mendengar dan melakukan Firman Tuhan. Dalam ibadah Gereja kita, jenjang pemberitaan Firman selalu diikuti dengan jenjang pembaharuan komitmen. Ini merupakan serangkaian antara mendengar dan melakukan Firman. Bagaimana dengan kehidupan Anda, sudahkah Anda menjadi pendengar sajaatau menjadi pelaku Firman ?

Oleh : Tyas Affandi

Tindakan-tindakan Liturgikal Dalam Jenjang Kelima (Pengutusan)

Walaupun secara durasi termasuk singkat, akhir ibadah bukanlah bagian yang kurang penting. Sebaliknya, akhir ibadah sangatlah penting untuk mempersiapkan jemaat kembali hidup dan berkarya di dunia. Kita harus mengikuti jenjang terakhir ini dengan sikap hati yang sama seriusnya seperti dalam jenjang lainnya.

Lagu penutup (closing song).
Biasanya, lagu yang dipilih untuk menutup ibadah bersifat
mempersiapkan jemaat untuk masuk ke dunia. Lagu yang penuh dengan sukacita juga pantas menutup ibadah kita.

Doxology.
Doxology berasal dari dua kata Yunani: “Doxa” dan “Logos”.
Artinya: “Syair Kemuliaan”. Di sini kita menyanyikan pujian yang memuliakan Allah. Doxology merupakan “kembaran” dari Votum. Bayangkan Doxology dan Votum seperti dua pembatas buku (bookends) atau dua keping roti yang membentuk sandwich. Ibadah dimulai dengan Votum dan diakhiri dengan Doxology. Bila di dalam Votum kita mengakui Allah Tritunggal yang memulai ibadah, maka di dalam Doxology kita mengakhiri ibadah dengan mengembalikan segala kemuliaan kepada Allah Tritunggal.

Pengutusan (commissioning).
Pengutusan dilakukan sebelum Doa Berkat (benediction). Di dalam pengutusan, kita diingatkan akan tugas yang harus kita emban di dalam dunia misalkan pemimpin ibadah dapat membacakan
Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-20 (The Great Commission). Pengutusan mengajarkan kita bahwa kita tidak menjadi orang Kristen hanya pada hari Minggu. Justru sebaliknya, kita ditantang untuk menunjukkan jatidiri kita sebagai anak Tuhan yang indah di tengah komunitas apapun sepanjang seminggu yang akan datang.

Doa berkat (benediction).
Intisari dari doa berkat adalah janji penyertaan Allah Tritunggal dalam kehidupan kita. Allah yang mengutus kita adalah juga Allah yang akan senantiasa mendampingi. Bila kita sungguh-sungguh menerima dan menghayati doa berkat dengan sepenuh hati maka doa berkat dapat menjadi sumber kekuatan, keberanian, dan pengharapan bagi kita untuk hidup di tengah dunia yang membenci kita.

Pelepasan (dismissal).
Dalam tradisi gereja, pelepasan dilakukan dengan kalimat singkat seperti: “Pergilah di dalam damai, layanilah Tuhan.” Dan jemaat menjawab: “Syukur kepada Tuhan.” Atau kita dapat pula mengutip nyanyian Simeon (Latin: Nunc Dimittis) yang ada dalam
Lukas 2:29-32.

Saat teduh (quiet time).
Tepat setelah ibadah berakhir, setiap jemaat mengambil waktu sejenak untuk berdoa tenang secara pribadi. Mereka dapat bersyukur atau berserah kepada pimpinan Tuhan.

Pengumuman (announcement).
Banyak gereja membacakan pengumuman sebelum atau di tengah ibadah. Menurut hemat penulis, praktek ini kurang tepat dan mengganggu keseluruhan aliran atau logika ibadah. Pengumuman seharusnya diletakkan setelah ibadah usai. Pendapat penulis didukung oleh Marlea Gilbert di dalam bukunya “The Work of the People”: “Membuat pengumuman pada saat ini lebih masuk akal, karena pengumuman tersebut menuntun pikiran kita kepada tugas kehidupan dan pelayanan yang berada di luar ibadah.”

Oleh: GI Jimmy Setiawan
(Gembala Ibadah GKBJ Taman Kencana)

Hakekat Dan Kuasa Pengakuan Dosa

(Mazmur 32:1-5)
Jikalau kita jujur, kita harus mengakui bahwa hampir setiap hari kita masih bergumul dengan dosa sekalipun kita sudah menjadi orang percaya . Dosa itu menimbulkan berbagai masalah di dalam hidup kita. Hanya dua cara untuk meresponinya, yaitu cara manusia dan cara Alah.
Cara-cara manusia :

Manusia berusaha untuk menyangkalinya, menganggap suatu dosa itu dengan suatu masalah. Mencari pembuktian hal tersebut bukanlah suatu dosa.

Manusia meremehkannya, tidak menganggap penting akibat dari suatu dosa, atau suatu tanggungjawab pribadi akan suatu dosa yang telah diperbuat

Manusia berupaya menyembunyikannya, berupaya untuk menutupi dosa, tidak mengakui dosa kepada Tuhan dan sesamanya. Tetapi pada akhirnya suatu saat Tuhan pasti akan membukakan setiap dosa yang telah kita perbuat.

Jika kita menggunakan cara-cara tersebut, pada akhirnya akan membawa kita kepada penderitaan baik secara fisik, jiwa, dan emosional. Melalui Mazmur 32:1-5, Daud membagikan pengalamannya ketika ia jatuh ke dalam dosa, dan megajarkan bagaimana ia dapat menang atas dosa yaitu dengan mengaku dosa. Sesungguhnya hakekat dari pengakuan dosa, adalah:

Mengakui dosa sebagai dosa. Belajar dari Daud, Daud mengaku di hadapan Tuhan bahwa dosanya tidaklah ia tutupi dan ia berterus terang akan semua kesalahannya.

Mengakui sebagai tanggung jawab pribadi. Belajar dari Daud, ia hanya mengaku bahwa ia bersalah dan tidak melemparkan kesalahan pada keadaan atau kondisi saat itu ataupun melemparkan kesalahannya kepada orang lain.

Mengakui untuk meninggalkannya

Daud mengakui kesalahan dan dosanya kepada Tuhan dengan segenap hati, bukti bahwa ia sungguh-sungguh bertobat. Cara Allah memang menyakitkan, namun sesungguhnya kita akan mengalami kuasa pengakuan dosa, dosa kita diampuni dan dipulihkan.

Oleh : GI. Susanna I. Setiawan

Tindakan-tindakan Liturgikal Dalam Jenjang Keempat (Pembaharuan Komitmen)

Firman Tuhan selalu mengundang dan menantang respon dari diri kita sebagai pendengar. Dalam jenjang ini, kita melakukan aneka tindakan liturgikal untuk menumbuhkan komitmen baru sebagai jawaban kita terhadap Firman Tuhan.

Panggilan mimbar (altar call).
Bila seorang pengkhotbah digerakkan oleh Roh Kudus, maka ia bisa melakukan panggilan dari mimbar kepada jemaat. Tantangan yang diberikan sang pengkhotbah adalah respon yang diharapkan dari Firman Tuhan. Di sini, jemaat diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan secara pribadi dan tegas dalam mempraktekkan Firman Tuhan. Komitmen adalah kunci yang membuka pintu-pintu perubahan kehidupan. Tanpa komitmen, seseorang bisa saja mendengarkan Firman Tuhan beribu-ribu kali namun tidak mengalami perubahan yang menyenangkan Tuhan.

Pujian respon.
Pujian respon umumnya sesuai dengan pesan Firman yang baru dibagikan melalui khotbah atau bersifat mengingatkan kita akan betapa pentingnya sebuah komitmen.

Doa syafaat (intercessory prayer).
Umat Tuhan adalah imam bagi sesamanya. Itu sebabnya, kita saling mendoakan kebutuhan dan pergumulan sesama saudara seiman. Dalam doa syafaat, kita tidak hanya mendoakan seputar gereja sendiri namun kita diajak berdoa bagi kerajaan Allah secara lebih luas.

Persembahan, kolekte, atau perpuluhan (offering, tithing).
Di sini, kita mengembalikan sebagian dari uang kita untuk pembangunan Tubuh Kristus di gereja sendiri atau tempat lain. Walaupun obyek yang diberikan adalah uang, kita menjadikan ini sebagai tindakan simbolis bahwa kita pun harus mendedikasikan seluruh hidup kita untuk kemuliaan Tuhan. Khusus di gereja kita, perpuluhan diserahkan pada Minggu pertama setiap bulannya. Dengan kita berjalan ke depan dan memasukkan sendiri perpuluhan kita ke kotak persembahan, maka kita mengingatkan diri kita sendiri bahwa persembahan adalah tindakan yang aktif, sukarela, dan penuh sukacita.

Pembacaan pengakuan iman rasuli (Apostle’s Creed).
Pembaharuan komitmen disertai dengan pembaharuan iman kita pula. Pembacaan pengakuan iman rasuli adalah salah satu cara yang terbaik karena pengakuan ini merupakan intisari dari seluruh bangunan kepercayaan kita kepada Allah. Di samping itu, ketika kita membacakan pengakuan iman rasuli, kita sedang meleburkan diri dengan seluruh gereja-gereja dari sepanjang abad dan tempat sebagai satu Tubuh Kristus yang memiliki iman yang sama. Pengakuan iman rasuli menjadi identitas kesejatian kita. Kita dengan bangga memproklamasikan diri bahwa kita tidak sama dengan bidat-bidat yang menyelewengkan kebenaran Firman Tuhan.

Oleh: GI Jimmy Setiawan
(Gembala Ibadah GKBJ Taman Kencana)

Tindakan-tindakan Liturgikal Dalam Jenjang Ketiga (Pemberitaan Firman Tuhan dan Perjamuan Kudus)

Terletak di tengah ibadah, kita disapa oleh Firman Tuhan dan diundang ke dalam Perjamuan Kudus. Berikut ini beberapa tindakan liturgikal yang mengisi jenjang ketiga ibadah kita.

Doa iluminasi (prayer of illumination).
Roh Kudus adalah Allah yang menginspirasikan para penulis Alkitab. Karenanya, kita perlu memohon pertolongan Roh yang sama untuk membukakan hati dan pikiran kita dalam memahami Firman Tuhan. Kata “iluminasi” berasal dari bahasa Latin yang berarti “menerangkan” atau “mencerahkan”. Kita sadar bahwa tanpa pencerahan ilahi dari Roh Kudus maka hati dan pikiran kita yang berdosa tidak mungkin mengerti secara tuntas akan kebenaran-Nya.


Pujian persiapan.
Nyanyian jemaat sebelum khotbah sangatlah efektif dalam mempersiapkan hati kita. Perpaduan antara musik dan teks lagu yang sinergis akan mencairkan semua pertahanan (resistensi) dari hati kita dalam mendengar Firman Tuhan. Biasanya, teks lagunya berbicara tentang sikap hati yang merindukan Firman atau pentingnya Firman Tuhan bagi kehidupan kita.

Pembacaan nats Firman Tuhan (Bible reading).
Sebelum khotbah, jemaat akan berkesempatan untuk membaca sendiri nats Firman Tuhan yang akan dibahas dalam khotbah. Pembacaan Firman Tuhan dapat dilakukan dalam aneka cara yang kreatif. Misalkan bila nats Firman berupa cerita atau narasi maka bisa disampaikan secara dramatis atau penceritaan (story telling).

Momen anak-anak (children’s moment).
Acara ini walaupun singkat namun sangatlah indah. Semua anak-anak kecil diundang ke mimbar. Setelah mereka di sana, pengkhotbah akan menceritakan pengajaran Firman dalam bahasa yang mereka pahami. Setelah 5-10 menit, anak-anak akan diberkati oleh seluruh jemaat dan dipersilahkan masuk ke kelas Sekolah Minggu masing-masing. Acara ini menjadi simbol dari pentingnya pelibatan anak-anak dalam ibadah umum. Seringkali, kita menganggap bahwa anak-anak “tidak pantas” masuk dalam ibadah umum karena akan menjadi “pengganggu”. Padahal, anak-anak adalah bagian dari umat Tuhan (covenant people).

Khotbah (sermon).
Inilah bagian di mana Firman Tuhan dikupas secara mendalam. Mendengarkan khotbah tidaklah sama dengan mendengarkan kuliah. Sikap hati yang tepat bukanlah untuk mencari informasi melainkan bagaimana kita membuka diri kita untuk diarahkan, dihibur, ditegur, dikuatkan, dan dibentuk oleh Firman Tuhan (formational). Satu hal yang perlu kita perhatikan bahwa walaupun Firman Tuhan dijabarkan dengan lebih panjang dalam khotbah, bukan berarti Firman Tuhan hanya hadir dalam khotbah! Keseluruhan ibadah kita diwarnai, diinspirasikan, dan diperkaya oleh Firman Tuhan.

Kesaksian (testimony).
Kesaksian merupakan bukti nyata bagaimana Firman Tuhan mengubah seseorang. Melalui kesaksian, jemaat disadarkan bahwa Firman Tuhan berkuasa untuk mendatangkan buah-buah kehidupan. Kesaksian efektif dalam memotivasi kita untuk mempraktekkan Firman.

Drama.
Drama dalam jenjang ini bersifat mendukung khotbah. Drama menjadi ilustrasi dari pesan yang mau disampaikan melalui khotbah. Drama yang ditempatkan sebelum khotbah juga berfungsi untuk menggugah rasa minat jemaat dalam mendengarkan khotbah. Drama sebelum khotbah biasanya menampilkan masalah (problem) yang pemecahannya akan dipaparkan dalam khotbah.

Saat teduh (quiet times).
Saat teduh umumnya dilakukan setelah khotbah. Ini adalah waktu dimana masing-masing jemaat membangun respon secara pribadi terhadap Firman yang telah mereka peroleh. Mereka juga secara jujur dan serius memeriksa kondisi kehidupan mereka di hadapan Tuhan.

Perjamuan Kudus (the Lord’s Supper).
Perjamuan Kudus adalah salah satu sakramen yang diwariskan oleh Tuhan Yesus sejak makan Paskah terakhir bersama-sama dengan para murid-Nya sebelum Dia disalibkan. Di dalam Perjamuan Kudus kita diingatkan akan kesatuan kita (union with Christ) yang berdasarkan anugerah-Nya (covenant of grace).


Oleh: GI Jimmy Setiawan
(Gembala Ibadah GKBJ Taman Kencana)


Tindakan-tindakan Liturgikal Dalam Jenjang Kedua (Pembaharuan Anugerah)

Sekarang kita akan mendalami jenjang kedua dari tata ibadah kita. Seperti yang pernah kita pelajari sebelumnya, ada tiga elemen yang utama dari jenjang ini yakni pengakuan dosa, penyampaian berita anugerah dan respon sukacita dari kita. Akan tetapi, di samping ketiga elemen tersebung, jenjang ini kaya dengan aneka tindakan liturgikal lainnya.

Panggilan untuk mengaku dosa (calling to confession).
Pemimpin ibadah menantang kita untuk mengaku dosa. Kita mengaku dosa bukanlah karena kita adalah orang asing bagi Allah, namun justru karena kita adalah umat-Nya yang sudah ditebus dan diampuni. Panggilan ini mengingatkan kita akan perjanjian anugerah antara kita dengan Allah (covenant of grace).

Doa pengakuan dosa, refleksi diri (confession).
Melalui doa pribadi, kita mengakui segala dosa yang telah kita lakukan. Tentu saja, doa pengakuan dosa disertai dengan permohonan ampun dari tahta kasih karunia Allah. Kita memohon darah Kristus menyucikan kita kembali. Doa pengakuan dosa dapat menjadi ritual yang tiada arti bila tanpa dilandasi dengan sikap penyesalan yang jujur dan keinginan untuk bertobat yang sungguh-sungguh.

Berita anugerah, jaminan pengampunan (God’s forgiveness and assurance).
Setelah mengaku dosa, biasanya pemimpin ibadah akan menyampaikan berita anugerah yang dikutip dari Firman Tuhan. Intinya, berita anugerah ini adalah jawaban Allah terhadap permohonan ampun kita. Pada bagian ini, Tuhan menyatakan bahwa kita sudah diampuni dan dikuduskan kembali oleh anugerah-Nya. Kita pun harus menerima pengampunan Tuhan dengan hati yang teguh dan iman yang percaya pada kebaikan-Nya. Berita anugerah membungkam tuduhan yang masih dilancarkan oleh hati dan iblis.

Respon syukur, pujian syukur (gratitude, thanksgiving).
Orang yang diampuni adalah orang yang bersukacita. Sukacita yang besar ini harus diekspresikan dalam respon syukur atau pujian. Kita memuji Tuhan dengan segala sorak sorai kemenangan yang antusias. Kita bersyukur karena Allah begitu panjang sabar dan penuh kasih setia walaupun kita sering memberontak dan mengecewakan Dia.

Firman Tuhan untuk komitmen hidup kudus (calling to commitment).
Walaupun kita sudah ditahirkan oleh kasih Allah, kita masih mungkin berbuat dosa. Itu sebabnya, kita perlu dijaga dengan komitmen untuk hidup kudus. Pemimpin ibadah dapat membacakan kutipan Firman Tuhan yang bersifat menantang jemaat untuk mengambil komitmen atau peneguhan atas komitmen kita. Firman Tuhan juga dapat menguatkan kita bahwa Allah saja yang akan menolong kita dalam menjalankan komitmen tersebut.

Berbagi berkat, berbagi damai (passing the peace).
Kita dapat berperan sebagai imam atau wakil Allah bagi sesama saudara seiman. Dalam tindakan liturgikal ini, kita dengan hangat memeluk atau menyalami satu per satu dari mereka sambil mengatakan: “Damai sejahtera Allah bagimu” atau “Selamat, kamu sudah diampuni oleh Allah”. Melalui tindakan yang sederhana ini kita mengkonfirmasi pengampunan dan damai sejahtera yang dikaruniakan Allah kepada kita. Selain itu, saling berbagi damai menunjukkan bahwa berdamai dengan Allah berarti berdamai dengan sesama. Adalah kemunafikan bila kita berdamai dengan Allah tetapi kita masih bermusuhan dengan saudara seiman!

Peringatan baptisan kita (remembrance of our baptism).
Baptisan adalah proklamasi akan status kita sebagai umat perjanjian. Tidak ada satu pun kuasa di dunia yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:38-39). Di samping itu, baptisan juga berarti penghapusan dosa dan pembaharuan hidup. Baptisan menjadi simbol bahwa kita telah mati bagi dosa dan dibangkitkan bersama Kristus (Kolose 2:12). Sayangnya, arti yang indah dari baptisan seringkali dilupakan. Itu sebabnya, peringatan baptisan menjadi suatu momen yang baik untuk menyegarkan arti baptisan ini supaya kita terus mematikan manusia lama dan menghidupkan manusia baru kita setiap hari. Dalam peringatan baptisan ini, petugas akan menuangkan atau memercikan air dengan tangannya ke dalam baki. Ketika kita melihat dan mendengar suara air, kenangan kita dibawa kembali pada baptisan kita di masa lalu.

Pembacaan komitmen (litany of commitment).
Komitmen juga dapat kita buat melalui membacakan teks komitmen (litani). Dengan membacanya secara bersama-sama, kita diingatkan bahwa kita adalah umat Allah yang harus selalu saling menolong dalam hidup kudus di hadapan Tuhan.

Doa ratapan (lament).
Kita pun perlu meratap atas dampak dosa terhadap dunia kita. Dunia ini memang milik Allah tetapi dunia sudah rusak oleh dosa. Dunia kita akan diperbaharui pada saat Tuhan Yesus datang kedua kalinya. Namun sebelum saat itu tiba, kita harus terus bergumul dan menyaksikan aneka penderitaan yang ada di sekeliling kita, antara lain: Bencana alam, kejahatan manusia, perang, korupsi, pelacuran, kematian, penyakit, pemerkosaan, penjualan anak, penebangan pohon liar, polusi, dan sebagainya. Dengan menaikan doa ratapan, kita menajamkan kepekaan kita atas masalah sosial dan lingkungan. Kita tidak mau menjadi partisipan yang merusak tatanan dunia ini. Sebaliknya, kita rindu menjadi agen Allah yang membawa perbaikan aneka masalah tersebut.

Pembacaan Sepuluh Perintah Allah (recitation of the Ten Commandments).
Sepuluh Perintah Allah adalah panduan moral tertinggi dalam Firman Tuhan. Melalui pembacaan Sepuluh Perintah Allah, komitmen kita akan menjadi semakin spesifik. Kita disadarkan akan hal apa saja yang kita tidak boleh lakukan dan harus laksanakan dalam hidup yang baru.


Oleh: GI Jimmy Setiawan
(Gembala Ibadah GKBJ Taman Kencana)

Tindakan-Tindakan Liturgikal Dalam Jenjang Pertama (Persiapan)

Di dalam jenjang pertama ini, kita dapat menemukan pelbagai tindakan liturgikal yang sangat baik untuk menolong persiapan hati kita masuk dalam penyembahan. Beberapa di antaranya:

Saling bersalaman dan menyambut (greetings, hospitality).
Hal yang sederhana ini efektif untuk mencairkan ketegangan dan kekakuan, terutama kepada mereka yang baru pertama kali datang (tamu gereja). Selain itu, ini menjadi bukti dari komunitas umat Tuhan yang saling mengasihi dan mendahului dalam memberi hormat (Roma 12:10). Tugas ini tidaklah semata-mata diemban oleh petugas penyambutan. Bayangkan betapa indahnya bila semua saudara seiman melakukannya sebelum ibadah dimulai. Gereja kita akan penuh dengan kehangatan kasih persaudaraan yang erat di dalam Kristus.

Saat teduh (quiet time, silent prayer, meditation).
Saat teduh penting bagi setiap jemaat sebagai suatu momen transisi. Dengan duduk tenang dan berdiam diri di hadapan Tuhan, kita memfokuskan hati kita kepada Dia. Kita juga menanggalkan segala kesibukan dan pergumulan pikiran kita ke dalam tangan Tuhan. Ingat penyembahan yang sejati haruslah dilakukan dalam roh (Yohanes 4:24). Itu sebabnya, saat teduh tidak boleh dilewatkan supaya roh kita dapat dipersiapkan. Ingatlah bahwa penyembahan tidaklah sama dengan kegiatan manusia lainnya. Penyembahan adalah suatu momen rohani yang indah bersama dengan Tuhan dan saudara seiman lainnya.

Doa pembuka (collect, threshold prayer).
Doa pembuka yang dipimpin oleh pemimpin ibadah umumnya bersifat pengucapan syukur dan penyerahan seluruh ibadah ke dalam tangan Tuhan. Hal ini menunjukkan betapa ibadah kita adalah sepenuhnya anugerah Tuhan dan kita membutuhkan pertolongan Tuhan supaya kita dapat menjalankan ibadah dengan baik.

Prosesi (procession).
Prosesi adalah iring-iringan pelayan mimbar, biasanya pengkhotbah dan pemimpin ibadah, masuk ke dalam ruang kebaktian. Prosesi bisa juga disertai oleh penari atau pemegang panji (banner). Prosesi dapat menekankan suasana (tone) ibadah yang kita inginkan. Prosesi dengan tarian dapat menciptakan suasana meriah dan perayaan dalam ibadah kita (festive, celebrative).

Musik pembuka atau penghantar (prelude, entrance music, gathering music).
Musik memiliki daya yang luar biasa dalam mempersiapkan hati kita sebelum ibadah dimulai. Itu sebabnya, memainkan musik sebelum ibadah dapat menolong persiapan hati jemaat. Sama halnya dengan prosesi, musik dapat menciptakan atmosfir tertentu untuk ibadah yang bersangkutan.

Nyanyian paduan suara (choral introit).
Fungsi nyanyian paduan suara sama seperti musik pembuka. Namun, kelebihan nyanyian paduan suara karena memiliki syair. Karena itu, nyanyian paduan suara dapat sekaligus berperan sebagai sambutan atau panggilan beribadah.

Sambutan pemimpin ibadah (first words, God’s greeting).
Sambutan di sini bukanlah sekedar sambutan biasa seperti “Selamat pagi!” melainkan sambutan yang mewakili undangan dan penerimaan Allah terhadap seluruh jemaat yang datang beribadah. Penerimaan Allah adalah ungkapan anugerah-Nya karena siapapun kita diterima ke hadirat-Nya. Misalkan, pemimpin ibadah dapat berkata, “Selamat datang di rumah Tuhan. Sungguh Tuhan menyambut dan merindukan kita semua untuk beribadah di hadapan-Nya hari ini.” Itu sebabnya, ini juga disebut sambutan dari Tuhan sendiri.

Panggilan beribadah (calling to worship).
Panggilan beribadah seringkali menjadi satu dengan sambutan pemimpin ibadah. Intinya, jemaat diundang untuk menyembah Tuhan. Panggilan beribadah biasanya dikutip dari Firman Tuhan supaya jemaat mendengar sendiri suara Tuhan dalam mengundang mereka untuk menyembah.

Votum.
Votum adalah kalimat institusi yang memulai ibadah kita di dalam nama Allah Tritunggal. Votum sangat penting karena ini mengingatkan kita akan karya Allah Tritunggal sebagai landasan bagi ibadah kita (trinitarian grammar of our worship).

Nyanyian jemaat (congregational singing).
Nyanyian jemaat bermanfaat untuk memberikan kesempatan kepada jemaat berespon terhadap undangan Allah dalam menyembah. Partisipasi aktif dari jemaat juga dirangsang melalui nyanyian jemaat.

Tarian liturgikal (liturgical dance).
Tarian liturgikal bisa digabungkan ke dalam prosesi atau dalam tindakan lainnya. Tarian liturgikan bukan sekedar untuk memperindah (dekorasi) melainkan untuk memperkuat atau menghidupkan pesan tertentu dari suatu tindakan liturgikal lainnya (ilustrasi, dramatisasi).

Bacaan bertanggapan (litany).
Umumnya, bacaan bertanggapan dikutip dari teks Firman Tuhan. Bacaan bertanggapan dilakukan antara jemaat dan pemimpin ibadah. Bacaan bertanggapan juga memunculkan interaksi atau suasana dialogis yang hidup antara jemaat dan pemimpin ibadah. Salah satu bacaan bertanggapan yang terkenal berasal dari tradisi liturgi gereja purba (apostolic greeting).

Pemimpin:
Anugerah Tuhan kita Yesus Kristus, kasih Allah dan persekutuan dengan Roh menyertai kamu.

Jemaat:
Dan besertamu juga.

Oleh: GI Jimmy Setiawan
(Gembala Ibadah GKBJ Taman Kencana)

Visi Keluarga Ilahi

Efesus 5 : 22 — 23
Pernikahan Kristen adalah proyek kehidupan yang harus dimulai dari hasil akhirnya. Apa artinya? Bila kita ingin berhasil dalam membangun pernikahan dan keluarga kita maka kita harus memahami apa sebenarnya tujuan dari pernikahan. Inilah yang dimaksud dengan visi keluarga ilahi. Jadi definisi sederhana dari visi keluarga ilahi adalah tujuan keluarga yang sudah ditetapkan oleh Allah melalui Firman-Nya!

Hal ini seperti membangun sebuah rumah. Langkah pertama dalam kita membangun sebuah rumah justru adalah dengan membayangkan hasil akhirnya. Setelah kita memperoleh gambaran yang sempurna tentang rumah idaman kita, maka barulah kita memulai segala sesuatunya. Alangkah bodohnya bisa seseorang membangun rumah tanpa tahu apa yang dia mau bangun.

Pernikahan kita haruslah menjadi pernikahan yang digerakkan oleh tujuan. Bukan sekedar tujuan yang berdasarkan kehendak kita tetapi tujuan yang sudah ditetapkan oleh Allah sendiri.
Sayangnya, banyak orang Kristen memulai keluarga dengan tujuan yang salah seperti:

1. Menikah untuk seks.
Ini adalah tujuan terbodoh dan rendah karena kita menganggap pasangan hidup kita hanya sebagai obyek pemuas nafsu seksual.

2. Menikah untuk memiliki anak/keturunan.
Menurut prinsip Firman dalam Kejadian 2, keluarga yang lengkap itu terdiri dari satu orang suami dan satu orang istri. Keluarga yang tidak memiliki anak bukanlah keluarga yang tidak sempurna.

3. Menikah untuk mencapai kebahagiaan.
Lebih berbahaya lagi bila kita mengidentikkan kebahagiaan dengan hal yang fana seperti materi dan uang. Seolah-olah semakin banyak harta maka semakin bahagia! Kebahagiaan bukanlah tujuan kehidupan. Kebahagiaan merupakan efek samping yang akan kita peroleh setelah kita sungguh-sungguh mencari Tuhan terlebih dahulu (Matius 6:33).

Sekarang, mari kita perhatikan teks kita pada ayat 25-27. Di sini, jelas sekali tugas utama seorang suami adalah menguduskan istrinya. Artinya, sang suami haruslah menolong, mendorong, memotivasi, dan mengarahkan sang istri supaya hidupnya semakin mencapai keserupaan dengan Kristus dalam karakternya, sikapnya, dan apapun aspek kehidupannya.

Namun, janganlah kita berpikir bahwa kekudusan hidup hanya berlaku untuk sang istri. Kekudusan hidup pun adalah tanggung jawab dari sang suami. Paulus sudah mengasumsikan bahwa hanya seorang suami yang kudus yang dapat menguduskan istrinya. Itu sebabnya, tidaklah heran sang suami disejajarkan seperti Kristus. Sama seperti Kristus yang kudus, suami pun harus kudus di hadapan istri dan Allah!

Dari penelitian kita atas teks ini, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pernikahan adalah: PENGUDUSAN. Dalam keluarga harus terjadi saling membantu untuk menghasilkan individu-individu yang kudus di hadapan Tuhan!

Janganlah Saudara menilai keberhasilan keluarga Saudara dari seberapa banyak harta yang Saudara berhasil kumpulkan, seberapa tinggi pendidikan anak Saudara, seberapa cantiknya pasangan Saudara. Namun, pertanyaan ujiannya adalah seberapa kudus dan berkarakter ilahinya pasangan hidup serta anak-anak Saudara.

Pesan Firman ini juga penting bagi mereka yang belum menikah. Carilah pasangan hidup yang seiman dan cinta Tuhan. Saudara tidak mungkin saling menguduskan dalam pernikahan bila satu pasangan Saudara tidak memiliki iman di dalam Kristus. Bagaimana dia bisa menguduskan Saudara kalau dia sendiri tidak percaya Tuhan dan tidak memahami arti kekudusan yang alkitabiah?


Oleh : GI. Jimmy Setiawan


Top