Slider[Style1]

Style2

Style5

Style4

Diutus dan Disertai

Yesaya 6:1,8-13; Matius 28:18-20
Jenjang terakhir ini adalah suatu transisi yang sangat penting antara ibadah dengan kehidupan kita selanjutnya. Apakah ibadah hari Minggu terpisah dari kehidupan kita terjawab dalam jenjang terakhir ini. Jenjang terakhir ini sangatlah penting karena mempersiapkan kita untuk masuk ke dalam dunia.
Kalau saya dapat ringkaskan, ada dua tindakan Allah yang merupakan intisari dari jenjang terakhir ini.

1. Tuhan memberikan TUGAS: Kita DIUTUS.
Hal yang terpenting dari pengutusan bukanlah tugas itu. Melainkan, SIAPA yang mengutus. Kalau kita tidak memahami siapa yang mengutus kita, maka kita mudah sekali menolak tugas ini. Atau kalaupun kita terima, kita tidak dengan sungguh-sungguh dan setia dalam menjalankannya.

Kalau kita kembali pada kisah pengutusan nabi Yesaya, Tuhan sengaja memperlihatkan
kebesaran dan kemuliaan diri-Nya. Sebelum Tuhan memberikan amanat, Dia membiarkan Yesaya melihat Tuhan di tahta-Nya. Tuhan mau Yesaya memahami siapakah Tuhan yang akan mengutus dirinya. Kalau kita kehilangan pemahaman siapa yang mengutus kita, dalam hal ini adalah Allah, maka sekali lagi mudah bagi kita untuk menolak tugas.

Ini pula yang menjadi rahasia keberanian Daud ketika menghadapi Goliat. Bayangkan, seorang anak kecil berusia sekitar 12-14 tahun menghadapi raksasa Goliat setinggi 2 meter lebih. Apa yang dapat membuat anak kecil ini berani?

Mari baca 1 Samuel 17:45. Di situ, Daud berkata bahwa dia datang dalam nama Tuhan semesta alam. Ini menunjukkan bahwa Daud sadar Allah telah mengutus dia untuk membela bangsa Israel. Ingat, peristiwa Daud melawan Goliat ini terjadi setelah dia diurapi menjadi raja bangsa Israel.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sadar bahwa kita pun diutus oleh Allah yang pernah mengutus Daud melawan Goliat? Apakah kita punya keberanian yang sama dengan Daud dalam melawan goliat-goliat kehidupan? Apakah kita berani melawan goliat yang bernama kecemasan dan kekuatiran? Goliat pencobaan? Goliat masa lalu yang suram? Goliat masa depan yang tidak jelas? Goliat ekonomi yang sulit? Goliat penyakit? Goliat karakter dan kebiasaan yang buruk? Goliat masalah rumah tangga? Saudara, ketahui dan camkanlah dalam hatimu bahwa kita diutus Allah untuk melawan goliat-goliat itu. Kuatkan hatimu.

2. Tuhan memberikan JANJI: Kita DISERTAI.

Saudara, kalau kita berhenti pada diutus, maka kita belum memahami arti keindahan hidup bersama Tuhan. Kita diutus dan disertai!

Saudara, bagaimana Tuhan menyertai kita? Yang jelas Tuhan menyertai kita sepanjang waktu. Orangtua kita saja belum tentu bisa menyertai kita 7x24 jam. Orangtua ketika menghantar anaknya ke sekolah, orangtua tidak ikut duduk di samping anaknya. Orangtua tidak di samping sang anak ketika anak itu mengalami kesulitan belajar di sekolah. Tidak begitu dengan Tuhan! Tuhan menyertai kita di sepanjang hidup kita. Yesus berjanji, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” (Matius 28:20).

Bukan hanya Tuhan menyertai kita sepanjang waktu, Dia pun menyertai kita di segala tempat. Max Lucado pernah menuliskan begini, “Anda tidak akan pernah pergi ke tempat Allah tidak di sana. Anda mungkin dipindah, didaftar, diangkat, ditugaskan kembali, atau opname di rumah sakit tetapi, tanamkan kebenaran ini di hati Anda, Anda tidak akan pernah ke tempat Allah tidak ada di sana.”

Tentu saja, Tuhan menyertai bukan berarti bebas dari masalah. Justru kalau hidup ini bebas dari masalah maka kita tidak perlu penyertaan Tuhan. Karena hidup ini begitu berat dan sukar maka kita perlu penyertaan-Nya. Tuhan tahu ini. Itu sebabnya, Dia memberikan janji-Nya untuk menyertai kita.

Ingat, seperti kata Tuhan Yesus, kita diutus ke tengah serigala. Kita diutus ke tengah dunia yang membenci kita. Kalau Tuhan tidak mendampingi kita, kita akan babak belur oleh dunia ini.

Implikasi praktis dari kebenaran kedua ini adalah kita tidak mudah menyerah di tengah jalan. Kita akan setia sampai akhir. Saya pikir kesetiaan seseorang kepada Tuhan harus didasari dengan kesadaran bahwa Tuhan menyertai hidupnya. Kita mudah mundur dan mogok terutama ketika kita merasa Tuhan jauh dari kita. Namun, bila kita senantiasa mengingat bahwa Tuhan tetap dekat dengan kita, maka kita tidak mudah putus asa.

Penutup
Kita akan menjadi orang Kristen yang MALAS bila kita mengabaikan tugas dari Tuhan.
Kita akan menjadi orang Kristen yang PENGECUT bila kita mengabaikan janji dari Tuhan.

Oleh: GI. Jimmy Setiawan

Pemberitaan Firman Dan Pembaharuan Komitmen

(2 Tim3:16-4:4)
Beberapa contoh tindakan liturgikal dalam ibadah jenjang ke-3&4 membawa setiap jemaat pada pemberitaan Firman dan pembaharuan komitmen. Bagian ini terletak di tengah ibadah dan pada umumnya bagian pemberitaan Firman dianggap sebagai bagian inti dari suatu ibadah. Jika kita berpikir demikian, maka kita cenderung akan mengabaikan tata urutan ibadah yang lain, dan menganggap pemberitaan Firman saja bagian yang penting. Padahal sebenarnya seluruh bagian/segmen ibadah dari awal hingga akhir adalah satu rangkaian yang akan memberkati kita. Penting sekali untuk kita tidak mengabaikan satupun urutan dari segmen ibadah yang ada.

Pemberitaan Firman adalah bagian dari tindakan liturgical dimana Firman Tuhan dikupas secara mendalam. Pesan dari sebuah Pujian dan penyembahan yang kita nyanyikan pada jenjang ibadah sebelumnya bermaksud untuk mengantarkan kita pada tema pemberitaan Firman ini. Ada berbagai macam motivasi seseorang dalam meresponi Firman. Diperlukan sikap hati yang tepat untuk membuka diri kita untuk diarahkan, dihibur, ditegur, dikuatkan serta dibentuk oleh Firman Tuhan. Berikut beberapa sikap yang salah dalam mendengar pemberitaan Firman Tuhan :

Tidak betah mendengar Firman Tuhan
Mencari ajaran yang memuaskan telinga
Memalingkan telinga dari kebenaran
Membuka telinga bagi dongeng
Apa manfaat dari Firman Tuhan bagi kita orang percaya (2 Tim3:16) :
Firman Tuhan mengajar kita
Firman Tuhan menyatakan kesalahan/dosa kita
Firman Tuhan memeperbaiki kelakuan/perbuatan kita
Firman Tuhan mendidik dan menuntun kita pada kebenaran

Sikap kita seharusnya setelah mendengar Firman Tuhan adalah melakukan/ berkomitmen. Komitmen berasal dari kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu “Commitment” yang memiliki kata dasar “commit”, yang artinya melakukan. Tuhan Yesus menjelaskan dua macam dasar dari sikap seseorang yang bijaksana dan yang bodoh dalam mendengar perkataan-Nya (Mat 7:24-27). Jika kita ingin memiliki kehidupan yang kuat, kuncinya cukup 2 aspek, yaitu mendengar dan melakukan Firman Tuhan. Dalam ibadah Gereja kita, jenjang pemberitaan Firman selalu diikuti dengan jenjang pembaharuan komitmen. Ini merupakan serangkaian antara mendengar dan melakukan Firman. Bagaimana dengan kehidupan Anda, sudahkah Anda menjadi pendengar sajaatau menjadi pelaku Firman ?

Oleh : Tyas Affandi

Tindakan-tindakan Liturgikal Dalam Jenjang Kelima (Pengutusan)

Walaupun secara durasi termasuk singkat, akhir ibadah bukanlah bagian yang kurang penting. Sebaliknya, akhir ibadah sangatlah penting untuk mempersiapkan jemaat kembali hidup dan berkarya di dunia. Kita harus mengikuti jenjang terakhir ini dengan sikap hati yang sama seriusnya seperti dalam jenjang lainnya.

Lagu penutup (closing song).
Biasanya, lagu yang dipilih untuk menutup ibadah bersifat
mempersiapkan jemaat untuk masuk ke dunia. Lagu yang penuh dengan sukacita juga pantas menutup ibadah kita.

Doxology.
Doxology berasal dari dua kata Yunani: “Doxa” dan “Logos”.
Artinya: “Syair Kemuliaan”. Di sini kita menyanyikan pujian yang memuliakan Allah. Doxology merupakan “kembaran” dari Votum. Bayangkan Doxology dan Votum seperti dua pembatas buku (bookends) atau dua keping roti yang membentuk sandwich. Ibadah dimulai dengan Votum dan diakhiri dengan Doxology. Bila di dalam Votum kita mengakui Allah Tritunggal yang memulai ibadah, maka di dalam Doxology kita mengakhiri ibadah dengan mengembalikan segala kemuliaan kepada Allah Tritunggal.

Pengutusan (commissioning).
Pengutusan dilakukan sebelum Doa Berkat (benediction). Di dalam pengutusan, kita diingatkan akan tugas yang harus kita emban di dalam dunia misalkan pemimpin ibadah dapat membacakan
Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-20 (The Great Commission). Pengutusan mengajarkan kita bahwa kita tidak menjadi orang Kristen hanya pada hari Minggu. Justru sebaliknya, kita ditantang untuk menunjukkan jatidiri kita sebagai anak Tuhan yang indah di tengah komunitas apapun sepanjang seminggu yang akan datang.

Doa berkat (benediction).
Intisari dari doa berkat adalah janji penyertaan Allah Tritunggal dalam kehidupan kita. Allah yang mengutus kita adalah juga Allah yang akan senantiasa mendampingi. Bila kita sungguh-sungguh menerima dan menghayati doa berkat dengan sepenuh hati maka doa berkat dapat menjadi sumber kekuatan, keberanian, dan pengharapan bagi kita untuk hidup di tengah dunia yang membenci kita.

Pelepasan (dismissal).
Dalam tradisi gereja, pelepasan dilakukan dengan kalimat singkat seperti: “Pergilah di dalam damai, layanilah Tuhan.” Dan jemaat menjawab: “Syukur kepada Tuhan.” Atau kita dapat pula mengutip nyanyian Simeon (Latin: Nunc Dimittis) yang ada dalam
Lukas 2:29-32.

Saat teduh (quiet time).
Tepat setelah ibadah berakhir, setiap jemaat mengambil waktu sejenak untuk berdoa tenang secara pribadi. Mereka dapat bersyukur atau berserah kepada pimpinan Tuhan.

Pengumuman (announcement).
Banyak gereja membacakan pengumuman sebelum atau di tengah ibadah. Menurut hemat penulis, praktek ini kurang tepat dan mengganggu keseluruhan aliran atau logika ibadah. Pengumuman seharusnya diletakkan setelah ibadah usai. Pendapat penulis didukung oleh Marlea Gilbert di dalam bukunya “The Work of the People”: “Membuat pengumuman pada saat ini lebih masuk akal, karena pengumuman tersebut menuntun pikiran kita kepada tugas kehidupan dan pelayanan yang berada di luar ibadah.”

Oleh: GI Jimmy Setiawan
(Gembala Ibadah GKBJ Taman Kencana)

Hakekat Dan Kuasa Pengakuan Dosa

(Mazmur 32:1-5)
Jikalau kita jujur, kita harus mengakui bahwa hampir setiap hari kita masih bergumul dengan dosa sekalipun kita sudah menjadi orang percaya . Dosa itu menimbulkan berbagai masalah di dalam hidup kita. Hanya dua cara untuk meresponinya, yaitu cara manusia dan cara Alah.
Cara-cara manusia :

Manusia berusaha untuk menyangkalinya, menganggap suatu dosa itu dengan suatu masalah. Mencari pembuktian hal tersebut bukanlah suatu dosa.

Manusia meremehkannya, tidak menganggap penting akibat dari suatu dosa, atau suatu tanggungjawab pribadi akan suatu dosa yang telah diperbuat

Manusia berupaya menyembunyikannya, berupaya untuk menutupi dosa, tidak mengakui dosa kepada Tuhan dan sesamanya. Tetapi pada akhirnya suatu saat Tuhan pasti akan membukakan setiap dosa yang telah kita perbuat.

Jika kita menggunakan cara-cara tersebut, pada akhirnya akan membawa kita kepada penderitaan baik secara fisik, jiwa, dan emosional. Melalui Mazmur 32:1-5, Daud membagikan pengalamannya ketika ia jatuh ke dalam dosa, dan megajarkan bagaimana ia dapat menang atas dosa yaitu dengan mengaku dosa. Sesungguhnya hakekat dari pengakuan dosa, adalah:

Mengakui dosa sebagai dosa. Belajar dari Daud, Daud mengaku di hadapan Tuhan bahwa dosanya tidaklah ia tutupi dan ia berterus terang akan semua kesalahannya.

Mengakui sebagai tanggung jawab pribadi. Belajar dari Daud, ia hanya mengaku bahwa ia bersalah dan tidak melemparkan kesalahan pada keadaan atau kondisi saat itu ataupun melemparkan kesalahannya kepada orang lain.

Mengakui untuk meninggalkannya

Daud mengakui kesalahan dan dosanya kepada Tuhan dengan segenap hati, bukti bahwa ia sungguh-sungguh bertobat. Cara Allah memang menyakitkan, namun sesungguhnya kita akan mengalami kuasa pengakuan dosa, dosa kita diampuni dan dipulihkan.

Oleh : GI. Susanna I. Setiawan

Tindakan-tindakan Liturgikal Dalam Jenjang Keempat (Pembaharuan Komitmen)

Firman Tuhan selalu mengundang dan menantang respon dari diri kita sebagai pendengar. Dalam jenjang ini, kita melakukan aneka tindakan liturgikal untuk menumbuhkan komitmen baru sebagai jawaban kita terhadap Firman Tuhan.

Panggilan mimbar (altar call).
Bila seorang pengkhotbah digerakkan oleh Roh Kudus, maka ia bisa melakukan panggilan dari mimbar kepada jemaat. Tantangan yang diberikan sang pengkhotbah adalah respon yang diharapkan dari Firman Tuhan. Di sini, jemaat diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan secara pribadi dan tegas dalam mempraktekkan Firman Tuhan. Komitmen adalah kunci yang membuka pintu-pintu perubahan kehidupan. Tanpa komitmen, seseorang bisa saja mendengarkan Firman Tuhan beribu-ribu kali namun tidak mengalami perubahan yang menyenangkan Tuhan.

Pujian respon.
Pujian respon umumnya sesuai dengan pesan Firman yang baru dibagikan melalui khotbah atau bersifat mengingatkan kita akan betapa pentingnya sebuah komitmen.

Doa syafaat (intercessory prayer).
Umat Tuhan adalah imam bagi sesamanya. Itu sebabnya, kita saling mendoakan kebutuhan dan pergumulan sesama saudara seiman. Dalam doa syafaat, kita tidak hanya mendoakan seputar gereja sendiri namun kita diajak berdoa bagi kerajaan Allah secara lebih luas.

Persembahan, kolekte, atau perpuluhan (offering, tithing).
Di sini, kita mengembalikan sebagian dari uang kita untuk pembangunan Tubuh Kristus di gereja sendiri atau tempat lain. Walaupun obyek yang diberikan adalah uang, kita menjadikan ini sebagai tindakan simbolis bahwa kita pun harus mendedikasikan seluruh hidup kita untuk kemuliaan Tuhan. Khusus di gereja kita, perpuluhan diserahkan pada Minggu pertama setiap bulannya. Dengan kita berjalan ke depan dan memasukkan sendiri perpuluhan kita ke kotak persembahan, maka kita mengingatkan diri kita sendiri bahwa persembahan adalah tindakan yang aktif, sukarela, dan penuh sukacita.

Pembacaan pengakuan iman rasuli (Apostle’s Creed).
Pembaharuan komitmen disertai dengan pembaharuan iman kita pula. Pembacaan pengakuan iman rasuli adalah salah satu cara yang terbaik karena pengakuan ini merupakan intisari dari seluruh bangunan kepercayaan kita kepada Allah. Di samping itu, ketika kita membacakan pengakuan iman rasuli, kita sedang meleburkan diri dengan seluruh gereja-gereja dari sepanjang abad dan tempat sebagai satu Tubuh Kristus yang memiliki iman yang sama. Pengakuan iman rasuli menjadi identitas kesejatian kita. Kita dengan bangga memproklamasikan diri bahwa kita tidak sama dengan bidat-bidat yang menyelewengkan kebenaran Firman Tuhan.

Oleh: GI Jimmy Setiawan
(Gembala Ibadah GKBJ Taman Kencana)

Tindakan-tindakan Liturgikal Dalam Jenjang Ketiga (Pemberitaan Firman Tuhan dan Perjamuan Kudus)

Terletak di tengah ibadah, kita disapa oleh Firman Tuhan dan diundang ke dalam Perjamuan Kudus. Berikut ini beberapa tindakan liturgikal yang mengisi jenjang ketiga ibadah kita.

Doa iluminasi (prayer of illumination).
Roh Kudus adalah Allah yang menginspirasikan para penulis Alkitab. Karenanya, kita perlu memohon pertolongan Roh yang sama untuk membukakan hati dan pikiran kita dalam memahami Firman Tuhan. Kata “iluminasi” berasal dari bahasa Latin yang berarti “menerangkan” atau “mencerahkan”. Kita sadar bahwa tanpa pencerahan ilahi dari Roh Kudus maka hati dan pikiran kita yang berdosa tidak mungkin mengerti secara tuntas akan kebenaran-Nya.


Pujian persiapan.
Nyanyian jemaat sebelum khotbah sangatlah efektif dalam mempersiapkan hati kita. Perpaduan antara musik dan teks lagu yang sinergis akan mencairkan semua pertahanan (resistensi) dari hati kita dalam mendengar Firman Tuhan. Biasanya, teks lagunya berbicara tentang sikap hati yang merindukan Firman atau pentingnya Firman Tuhan bagi kehidupan kita.

Pembacaan nats Firman Tuhan (Bible reading).
Sebelum khotbah, jemaat akan berkesempatan untuk membaca sendiri nats Firman Tuhan yang akan dibahas dalam khotbah. Pembacaan Firman Tuhan dapat dilakukan dalam aneka cara yang kreatif. Misalkan bila nats Firman berupa cerita atau narasi maka bisa disampaikan secara dramatis atau penceritaan (story telling).

Momen anak-anak (children’s moment).
Acara ini walaupun singkat namun sangatlah indah. Semua anak-anak kecil diundang ke mimbar. Setelah mereka di sana, pengkhotbah akan menceritakan pengajaran Firman dalam bahasa yang mereka pahami. Setelah 5-10 menit, anak-anak akan diberkati oleh seluruh jemaat dan dipersilahkan masuk ke kelas Sekolah Minggu masing-masing. Acara ini menjadi simbol dari pentingnya pelibatan anak-anak dalam ibadah umum. Seringkali, kita menganggap bahwa anak-anak “tidak pantas” masuk dalam ibadah umum karena akan menjadi “pengganggu”. Padahal, anak-anak adalah bagian dari umat Tuhan (covenant people).

Khotbah (sermon).
Inilah bagian di mana Firman Tuhan dikupas secara mendalam. Mendengarkan khotbah tidaklah sama dengan mendengarkan kuliah. Sikap hati yang tepat bukanlah untuk mencari informasi melainkan bagaimana kita membuka diri kita untuk diarahkan, dihibur, ditegur, dikuatkan, dan dibentuk oleh Firman Tuhan (formational). Satu hal yang perlu kita perhatikan bahwa walaupun Firman Tuhan dijabarkan dengan lebih panjang dalam khotbah, bukan berarti Firman Tuhan hanya hadir dalam khotbah! Keseluruhan ibadah kita diwarnai, diinspirasikan, dan diperkaya oleh Firman Tuhan.

Kesaksian (testimony).
Kesaksian merupakan bukti nyata bagaimana Firman Tuhan mengubah seseorang. Melalui kesaksian, jemaat disadarkan bahwa Firman Tuhan berkuasa untuk mendatangkan buah-buah kehidupan. Kesaksian efektif dalam memotivasi kita untuk mempraktekkan Firman.

Drama.
Drama dalam jenjang ini bersifat mendukung khotbah. Drama menjadi ilustrasi dari pesan yang mau disampaikan melalui khotbah. Drama yang ditempatkan sebelum khotbah juga berfungsi untuk menggugah rasa minat jemaat dalam mendengarkan khotbah. Drama sebelum khotbah biasanya menampilkan masalah (problem) yang pemecahannya akan dipaparkan dalam khotbah.

Saat teduh (quiet times).
Saat teduh umumnya dilakukan setelah khotbah. Ini adalah waktu dimana masing-masing jemaat membangun respon secara pribadi terhadap Firman yang telah mereka peroleh. Mereka juga secara jujur dan serius memeriksa kondisi kehidupan mereka di hadapan Tuhan.

Perjamuan Kudus (the Lord’s Supper).
Perjamuan Kudus adalah salah satu sakramen yang diwariskan oleh Tuhan Yesus sejak makan Paskah terakhir bersama-sama dengan para murid-Nya sebelum Dia disalibkan. Di dalam Perjamuan Kudus kita diingatkan akan kesatuan kita (union with Christ) yang berdasarkan anugerah-Nya (covenant of grace).


Oleh: GI Jimmy Setiawan
(Gembala Ibadah GKBJ Taman Kencana)


Tindakan-tindakan Liturgikal Dalam Jenjang Kedua (Pembaharuan Anugerah)

Sekarang kita akan mendalami jenjang kedua dari tata ibadah kita. Seperti yang pernah kita pelajari sebelumnya, ada tiga elemen yang utama dari jenjang ini yakni pengakuan dosa, penyampaian berita anugerah dan respon sukacita dari kita. Akan tetapi, di samping ketiga elemen tersebung, jenjang ini kaya dengan aneka tindakan liturgikal lainnya.

Panggilan untuk mengaku dosa (calling to confession).
Pemimpin ibadah menantang kita untuk mengaku dosa. Kita mengaku dosa bukanlah karena kita adalah orang asing bagi Allah, namun justru karena kita adalah umat-Nya yang sudah ditebus dan diampuni. Panggilan ini mengingatkan kita akan perjanjian anugerah antara kita dengan Allah (covenant of grace).

Doa pengakuan dosa, refleksi diri (confession).
Melalui doa pribadi, kita mengakui segala dosa yang telah kita lakukan. Tentu saja, doa pengakuan dosa disertai dengan permohonan ampun dari tahta kasih karunia Allah. Kita memohon darah Kristus menyucikan kita kembali. Doa pengakuan dosa dapat menjadi ritual yang tiada arti bila tanpa dilandasi dengan sikap penyesalan yang jujur dan keinginan untuk bertobat yang sungguh-sungguh.

Berita anugerah, jaminan pengampunan (God’s forgiveness and assurance).
Setelah mengaku dosa, biasanya pemimpin ibadah akan menyampaikan berita anugerah yang dikutip dari Firman Tuhan. Intinya, berita anugerah ini adalah jawaban Allah terhadap permohonan ampun kita. Pada bagian ini, Tuhan menyatakan bahwa kita sudah diampuni dan dikuduskan kembali oleh anugerah-Nya. Kita pun harus menerima pengampunan Tuhan dengan hati yang teguh dan iman yang percaya pada kebaikan-Nya. Berita anugerah membungkam tuduhan yang masih dilancarkan oleh hati dan iblis.

Respon syukur, pujian syukur (gratitude, thanksgiving).
Orang yang diampuni adalah orang yang bersukacita. Sukacita yang besar ini harus diekspresikan dalam respon syukur atau pujian. Kita memuji Tuhan dengan segala sorak sorai kemenangan yang antusias. Kita bersyukur karena Allah begitu panjang sabar dan penuh kasih setia walaupun kita sering memberontak dan mengecewakan Dia.

Firman Tuhan untuk komitmen hidup kudus (calling to commitment).
Walaupun kita sudah ditahirkan oleh kasih Allah, kita masih mungkin berbuat dosa. Itu sebabnya, kita perlu dijaga dengan komitmen untuk hidup kudus. Pemimpin ibadah dapat membacakan kutipan Firman Tuhan yang bersifat menantang jemaat untuk mengambil komitmen atau peneguhan atas komitmen kita. Firman Tuhan juga dapat menguatkan kita bahwa Allah saja yang akan menolong kita dalam menjalankan komitmen tersebut.

Berbagi berkat, berbagi damai (passing the peace).
Kita dapat berperan sebagai imam atau wakil Allah bagi sesama saudara seiman. Dalam tindakan liturgikal ini, kita dengan hangat memeluk atau menyalami satu per satu dari mereka sambil mengatakan: “Damai sejahtera Allah bagimu” atau “Selamat, kamu sudah diampuni oleh Allah”. Melalui tindakan yang sederhana ini kita mengkonfirmasi pengampunan dan damai sejahtera yang dikaruniakan Allah kepada kita. Selain itu, saling berbagi damai menunjukkan bahwa berdamai dengan Allah berarti berdamai dengan sesama. Adalah kemunafikan bila kita berdamai dengan Allah tetapi kita masih bermusuhan dengan saudara seiman!

Peringatan baptisan kita (remembrance of our baptism).
Baptisan adalah proklamasi akan status kita sebagai umat perjanjian. Tidak ada satu pun kuasa di dunia yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:38-39). Di samping itu, baptisan juga berarti penghapusan dosa dan pembaharuan hidup. Baptisan menjadi simbol bahwa kita telah mati bagi dosa dan dibangkitkan bersama Kristus (Kolose 2:12). Sayangnya, arti yang indah dari baptisan seringkali dilupakan. Itu sebabnya, peringatan baptisan menjadi suatu momen yang baik untuk menyegarkan arti baptisan ini supaya kita terus mematikan manusia lama dan menghidupkan manusia baru kita setiap hari. Dalam peringatan baptisan ini, petugas akan menuangkan atau memercikan air dengan tangannya ke dalam baki. Ketika kita melihat dan mendengar suara air, kenangan kita dibawa kembali pada baptisan kita di masa lalu.

Pembacaan komitmen (litany of commitment).
Komitmen juga dapat kita buat melalui membacakan teks komitmen (litani). Dengan membacanya secara bersama-sama, kita diingatkan bahwa kita adalah umat Allah yang harus selalu saling menolong dalam hidup kudus di hadapan Tuhan.

Doa ratapan (lament).
Kita pun perlu meratap atas dampak dosa terhadap dunia kita. Dunia ini memang milik Allah tetapi dunia sudah rusak oleh dosa. Dunia kita akan diperbaharui pada saat Tuhan Yesus datang kedua kalinya. Namun sebelum saat itu tiba, kita harus terus bergumul dan menyaksikan aneka penderitaan yang ada di sekeliling kita, antara lain: Bencana alam, kejahatan manusia, perang, korupsi, pelacuran, kematian, penyakit, pemerkosaan, penjualan anak, penebangan pohon liar, polusi, dan sebagainya. Dengan menaikan doa ratapan, kita menajamkan kepekaan kita atas masalah sosial dan lingkungan. Kita tidak mau menjadi partisipan yang merusak tatanan dunia ini. Sebaliknya, kita rindu menjadi agen Allah yang membawa perbaikan aneka masalah tersebut.

Pembacaan Sepuluh Perintah Allah (recitation of the Ten Commandments).
Sepuluh Perintah Allah adalah panduan moral tertinggi dalam Firman Tuhan. Melalui pembacaan Sepuluh Perintah Allah, komitmen kita akan menjadi semakin spesifik. Kita disadarkan akan hal apa saja yang kita tidak boleh lakukan dan harus laksanakan dalam hidup yang baru.


Oleh: GI Jimmy Setiawan
(Gembala Ibadah GKBJ Taman Kencana)

Tindakan-Tindakan Liturgikal Dalam Jenjang Pertama (Persiapan)

Di dalam jenjang pertama ini, kita dapat menemukan pelbagai tindakan liturgikal yang sangat baik untuk menolong persiapan hati kita masuk dalam penyembahan. Beberapa di antaranya:

Saling bersalaman dan menyambut (greetings, hospitality).
Hal yang sederhana ini efektif untuk mencairkan ketegangan dan kekakuan, terutama kepada mereka yang baru pertama kali datang (tamu gereja). Selain itu, ini menjadi bukti dari komunitas umat Tuhan yang saling mengasihi dan mendahului dalam memberi hormat (Roma 12:10). Tugas ini tidaklah semata-mata diemban oleh petugas penyambutan. Bayangkan betapa indahnya bila semua saudara seiman melakukannya sebelum ibadah dimulai. Gereja kita akan penuh dengan kehangatan kasih persaudaraan yang erat di dalam Kristus.

Saat teduh (quiet time, silent prayer, meditation).
Saat teduh penting bagi setiap jemaat sebagai suatu momen transisi. Dengan duduk tenang dan berdiam diri di hadapan Tuhan, kita memfokuskan hati kita kepada Dia. Kita juga menanggalkan segala kesibukan dan pergumulan pikiran kita ke dalam tangan Tuhan. Ingat penyembahan yang sejati haruslah dilakukan dalam roh (Yohanes 4:24). Itu sebabnya, saat teduh tidak boleh dilewatkan supaya roh kita dapat dipersiapkan. Ingatlah bahwa penyembahan tidaklah sama dengan kegiatan manusia lainnya. Penyembahan adalah suatu momen rohani yang indah bersama dengan Tuhan dan saudara seiman lainnya.

Doa pembuka (collect, threshold prayer).
Doa pembuka yang dipimpin oleh pemimpin ibadah umumnya bersifat pengucapan syukur dan penyerahan seluruh ibadah ke dalam tangan Tuhan. Hal ini menunjukkan betapa ibadah kita adalah sepenuhnya anugerah Tuhan dan kita membutuhkan pertolongan Tuhan supaya kita dapat menjalankan ibadah dengan baik.

Prosesi (procession).
Prosesi adalah iring-iringan pelayan mimbar, biasanya pengkhotbah dan pemimpin ibadah, masuk ke dalam ruang kebaktian. Prosesi bisa juga disertai oleh penari atau pemegang panji (banner). Prosesi dapat menekankan suasana (tone) ibadah yang kita inginkan. Prosesi dengan tarian dapat menciptakan suasana meriah dan perayaan dalam ibadah kita (festive, celebrative).

Musik pembuka atau penghantar (prelude, entrance music, gathering music).
Musik memiliki daya yang luar biasa dalam mempersiapkan hati kita sebelum ibadah dimulai. Itu sebabnya, memainkan musik sebelum ibadah dapat menolong persiapan hati jemaat. Sama halnya dengan prosesi, musik dapat menciptakan atmosfir tertentu untuk ibadah yang bersangkutan.

Nyanyian paduan suara (choral introit).
Fungsi nyanyian paduan suara sama seperti musik pembuka. Namun, kelebihan nyanyian paduan suara karena memiliki syair. Karena itu, nyanyian paduan suara dapat sekaligus berperan sebagai sambutan atau panggilan beribadah.

Sambutan pemimpin ibadah (first words, God’s greeting).
Sambutan di sini bukanlah sekedar sambutan biasa seperti “Selamat pagi!” melainkan sambutan yang mewakili undangan dan penerimaan Allah terhadap seluruh jemaat yang datang beribadah. Penerimaan Allah adalah ungkapan anugerah-Nya karena siapapun kita diterima ke hadirat-Nya. Misalkan, pemimpin ibadah dapat berkata, “Selamat datang di rumah Tuhan. Sungguh Tuhan menyambut dan merindukan kita semua untuk beribadah di hadapan-Nya hari ini.” Itu sebabnya, ini juga disebut sambutan dari Tuhan sendiri.

Panggilan beribadah (calling to worship).
Panggilan beribadah seringkali menjadi satu dengan sambutan pemimpin ibadah. Intinya, jemaat diundang untuk menyembah Tuhan. Panggilan beribadah biasanya dikutip dari Firman Tuhan supaya jemaat mendengar sendiri suara Tuhan dalam mengundang mereka untuk menyembah.

Votum.
Votum adalah kalimat institusi yang memulai ibadah kita di dalam nama Allah Tritunggal. Votum sangat penting karena ini mengingatkan kita akan karya Allah Tritunggal sebagai landasan bagi ibadah kita (trinitarian grammar of our worship).

Nyanyian jemaat (congregational singing).
Nyanyian jemaat bermanfaat untuk memberikan kesempatan kepada jemaat berespon terhadap undangan Allah dalam menyembah. Partisipasi aktif dari jemaat juga dirangsang melalui nyanyian jemaat.

Tarian liturgikal (liturgical dance).
Tarian liturgikal bisa digabungkan ke dalam prosesi atau dalam tindakan lainnya. Tarian liturgikan bukan sekedar untuk memperindah (dekorasi) melainkan untuk memperkuat atau menghidupkan pesan tertentu dari suatu tindakan liturgikal lainnya (ilustrasi, dramatisasi).

Bacaan bertanggapan (litany).
Umumnya, bacaan bertanggapan dikutip dari teks Firman Tuhan. Bacaan bertanggapan dilakukan antara jemaat dan pemimpin ibadah. Bacaan bertanggapan juga memunculkan interaksi atau suasana dialogis yang hidup antara jemaat dan pemimpin ibadah. Salah satu bacaan bertanggapan yang terkenal berasal dari tradisi liturgi gereja purba (apostolic greeting).

Pemimpin:
Anugerah Tuhan kita Yesus Kristus, kasih Allah dan persekutuan dengan Roh menyertai kamu.

Jemaat:
Dan besertamu juga.

Oleh: GI Jimmy Setiawan
(Gembala Ibadah GKBJ Taman Kencana)

Visi Keluarga Ilahi

Efesus 5 : 22 — 23
Pernikahan Kristen adalah proyek kehidupan yang harus dimulai dari hasil akhirnya. Apa artinya? Bila kita ingin berhasil dalam membangun pernikahan dan keluarga kita maka kita harus memahami apa sebenarnya tujuan dari pernikahan. Inilah yang dimaksud dengan visi keluarga ilahi. Jadi definisi sederhana dari visi keluarga ilahi adalah tujuan keluarga yang sudah ditetapkan oleh Allah melalui Firman-Nya!

Hal ini seperti membangun sebuah rumah. Langkah pertama dalam kita membangun sebuah rumah justru adalah dengan membayangkan hasil akhirnya. Setelah kita memperoleh gambaran yang sempurna tentang rumah idaman kita, maka barulah kita memulai segala sesuatunya. Alangkah bodohnya bisa seseorang membangun rumah tanpa tahu apa yang dia mau bangun.

Pernikahan kita haruslah menjadi pernikahan yang digerakkan oleh tujuan. Bukan sekedar tujuan yang berdasarkan kehendak kita tetapi tujuan yang sudah ditetapkan oleh Allah sendiri.
Sayangnya, banyak orang Kristen memulai keluarga dengan tujuan yang salah seperti:

1. Menikah untuk seks.
Ini adalah tujuan terbodoh dan rendah karena kita menganggap pasangan hidup kita hanya sebagai obyek pemuas nafsu seksual.

2. Menikah untuk memiliki anak/keturunan.
Menurut prinsip Firman dalam Kejadian 2, keluarga yang lengkap itu terdiri dari satu orang suami dan satu orang istri. Keluarga yang tidak memiliki anak bukanlah keluarga yang tidak sempurna.

3. Menikah untuk mencapai kebahagiaan.
Lebih berbahaya lagi bila kita mengidentikkan kebahagiaan dengan hal yang fana seperti materi dan uang. Seolah-olah semakin banyak harta maka semakin bahagia! Kebahagiaan bukanlah tujuan kehidupan. Kebahagiaan merupakan efek samping yang akan kita peroleh setelah kita sungguh-sungguh mencari Tuhan terlebih dahulu (Matius 6:33).

Sekarang, mari kita perhatikan teks kita pada ayat 25-27. Di sini, jelas sekali tugas utama seorang suami adalah menguduskan istrinya. Artinya, sang suami haruslah menolong, mendorong, memotivasi, dan mengarahkan sang istri supaya hidupnya semakin mencapai keserupaan dengan Kristus dalam karakternya, sikapnya, dan apapun aspek kehidupannya.

Namun, janganlah kita berpikir bahwa kekudusan hidup hanya berlaku untuk sang istri. Kekudusan hidup pun adalah tanggung jawab dari sang suami. Paulus sudah mengasumsikan bahwa hanya seorang suami yang kudus yang dapat menguduskan istrinya. Itu sebabnya, tidaklah heran sang suami disejajarkan seperti Kristus. Sama seperti Kristus yang kudus, suami pun harus kudus di hadapan istri dan Allah!

Dari penelitian kita atas teks ini, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pernikahan adalah: PENGUDUSAN. Dalam keluarga harus terjadi saling membantu untuk menghasilkan individu-individu yang kudus di hadapan Tuhan!

Janganlah Saudara menilai keberhasilan keluarga Saudara dari seberapa banyak harta yang Saudara berhasil kumpulkan, seberapa tinggi pendidikan anak Saudara, seberapa cantiknya pasangan Saudara. Namun, pertanyaan ujiannya adalah seberapa kudus dan berkarakter ilahinya pasangan hidup serta anak-anak Saudara.

Pesan Firman ini juga penting bagi mereka yang belum menikah. Carilah pasangan hidup yang seiman dan cinta Tuhan. Saudara tidak mungkin saling menguduskan dalam pernikahan bila satu pasangan Saudara tidak memiliki iman di dalam Kristus. Bagaimana dia bisa menguduskan Saudara kalau dia sendiri tidak percaya Tuhan dan tidak memahami arti kekudusan yang alkitabiah?


Oleh : GI. Jimmy Setiawan

Generasi Ilahi yang Perkasa Di Bumi

(Mazmur 127:3-5)
Anak-anak di masa muda adalah seperti anak panah di tangan pahlawan
Perlu dibentuk, dipertajam, diarahkan dengan baik
Hanya pahlawan yang menghargai anak panah. Temukan pahlawan untuk membentuk anak-anak kita
Tuhan sangat menginginkan anak-anak kita menjadi anak-anak pewaris gambar dan rupa Allah.

Allah ingin anak-2 kita dibentuk sehingga memiliki karakteristik :
1.) Menjadi generasi ilahi
Anak-anak telah banyak dibentuk oleh gaya hidup duniawi. Kita perlu memberi gambar diri yang benar atas mereka sebagai gambar dan rupa Allah.

2.) Menjadi generasi perkasa
Tuhan menginginkan anak-anaknya berkembang menjadi pribadi yang superior atas dunia ini. Jika inferior (di bawah level) maka akan hidup tanpa pengaruh dan terintimidasi. Anak-anak perlu dikembangkan prestasi akademiknya (diberi kemampuan belajar), kapasitasnya untuk bekerja dan mengelola uang (diberi dasar-dasar engterpreneurship), dan konsep membentuk keluarga yang benar (diberi konsep bergaul dengan lawan jenis yang benar agar kelak memiliki keluarga yang bahagia). Anak dunia sekarang berani bayar mahal untukmendapatkan kemampuan-2 ini dengan cara-cara yang tidak diperkenan Tuhan. Kita perlu lebih lagi menaikkan daya saing anak-2 Tuhan di tengah dunia ini.

3.) Memiliki attitude (sikap, karakter) yang luar biasa
Anak Tuhan jangan gampang menyerah, rendah diri, tak dapat bergaul, dan tak memiliki tujuan hidup. Sikap hidup menentukan bagaimana mereka akan hidup kelak.

4.) Berbakti kepada orang tua
Jika anak masih bergantung pada orang tua saja berani kurang ajar, bagaimana nanti jika sudah dewasa dan keluar rumah. Anak perlu diajar hormat dan taat pada orang tua, karena hal itu membawa berkat atas hidup mereka

5.) Menjadi duta Kerajaan Allah
Kerajaan Allah ditegakkan melalui para utusan-2 Allah di bumi ini. Anak-2 harus siap membawa panggilan tertinggi dalam kehidupan mereka: memanifestasikan Kerajaan Allah di bumi ini

Menyadari pentingnya membina anak muda, gereja kita mengadakan MAXIMUM GENERATION CAMP di bulan Juli ini. Materi disiapkan untuk menjawab pembentukan kelima karakteristik di atas, memaksimalkan segala potensi dan karakter anak-anak SMP kita hingga usia kerja. Para Hamba Tuhan telah menyiapkan diri untuk menjadi mentor mereka, bak seorang pahlawan yang akan membentuk dan mengarahkan anak-anak panahnya menuju terwujudnya rencana Allah atas diri anak-anak kita. Pastikan anak-anak kita mengikutinya.

Oleh : GI.David Purnomo


Top