Slider[Style1]

Style2

Style5

Style4

Senin, 11 Juni 2012
“Orangtua Sebagai Pendidik Karakter”
Amsal 1:1-9

B2
Apakah tujuan pendidikan menurut Amsal (ayat 3-6)? Siapa pendidik karakter yang utama dalam keluarga (ayat 8)?

Suatu hari, seorang guru Sekolah Minggu mengeluh, “Kita mendidik murid-murid Sekolah Minggu untuk berkarakter baik. Namun di rumah, mereka kembali ke karakter mereka yang lama karena orangtua mereka yang cuek dalam memberikan bimbingan.” Keluhan guru ini bisa dipahami. Banyak orangtua yang tidak peduli dengan pembentukan karakter anak mereka. Mereka melemparkan tanggung jawab pendidikan anak mereka kepada gereja.

Padahal, Allah menugaskan mereka, baik ayah maupun ibu, untuk mendidik anak mereka dalam budi pekerti yang baik (ayat 8). Tugas orangtua tidak cukup hanya melahirkan dan mencukupi kebutuhan fisik anak mereka. Orangtua adalah wakil Allah dalam menumbuhkan karakter anak mereka. Melalui cara apakah orangtua mendidik karakter anak mereka? Pertama adalah melalui pengajaran moralitas yaitu menjelaskan apa yang benar dan apa yang salah kepada anak mereka. Kedua adalah melalui teladan hidup. Orangtua harus memiliki karakter yang baik untuk digugu oleh anak mereka.

B3
Jika Anda adalah orangtua bagi anak-anak Anda, marilah ingatkan dirimu akan panggilan dan tanggungjawabmu sebagai wakil Allah untuk mendidik mereka di dalam karakter yang ilahi! Berdoalah kepada Allah supaya Anda diberikan kekuatan dan hikmat dalam menjalankan tugas ini.

***

Selasa, 12 Juni 2012
“Orangtua yang Pilih Kasih”
Kejadian 37:1-11, 18

B2
Apa yang membuat saudara-saudara Yusuf membencinya (ayat 3-4)? Apa yang dilakukan Yakub ketika mengetahui bahwa anak-anaknya yang lain iri terhadap Yusuf (ayat 11)? Apa buah dari kebencian para saudara Yusuf (ayat 18)?

Inilah kisah kehancuran sebuah keluarga karena orangtua yang pilih kasih. Yakub begitu mengistimewakan Yusuf sehingga saudara-saudaranya yang lain jadi memusuhi Yusuf. Celakanya, Yakub yang mengetahui hal ini bukannya mengubah sikapnya yang pilih kasih atau membereskannya secara bijaksana dengan anak-anaknya, ia malah mendiamkannya (ayat 11). Yakub memilih tutup mata terhadap ketidakpuasan anak-anaknya. Alhasil, kebencian mereka akhirnya memuncak sampai tindakan ingin membunuh Yusuf.

Tanpa sadar, orangtua seringkali mudah menganakemaskan anaknya yang satu dan menganaktirikan anaknya yang lain. Misalkan, anak laki-laki lebih diutamakan ketimbang anak perempuan. Sikap pilih kasih orangtua seperti ini mendatangkan banyak dampak negatif terhadap anak-anaknya sendiri. Khususnya, kepada yang kurang disayang akan mudah menyimpan rasa iri dan benci kepada saudaranya yang lain. Orangtua yang pilih kasih menaruh bom waktu dalam keluarganya. Sewaktu-waktu akan meledak menghancurkan keluarganya sendiri.

B3
Mintalah penilaian yang jujur dari orang terdekat Anda: Apakah Anda adalah orangtua yang pilih kasih? Jika iya, ambillah komitmen untuk belajar menanggalkan sikap pilih kasih itu. Mintalah maaf kepada anak Anda yang terluka oleh sikap pilih kasih Anda.

***

Rabu, 13 Juni 2012
“Orangtua yang Pasif”
2 Samuel 13:1-31

B2
Apa yang terjadi antara Amnon dan Tamar (ayat 1-14)? Apa respon Daud ketika mendengar bahwa Amnon memperkosa Tamar (ayat 21)? Apa yang dilakukan Absalom terhadap Amnon (ayat 22-30)?

Daud memang seorang raja Israel yang besar. Namun, ia gagal sebagai orangtua. Dalam kisah ini, Amnon memperkosa Tamar, saudara tirinya sendiri. Ketika Daud mendengar pemerkosaan ini, reaksinya hanya sejauh marah dan kecewa tetapi ia tidak menyelesaikan masalah ini secara aktif. Ia tidak menghukum Amnon. Itu sebabnya, Absalom, kakak Tamar akhirnya main hakim sendiri dengan membunuh Amnon.

Kasih orangtua terhadap anaknya tidak hanya diekspresikan melalui tindakan yang mendukung dan memuji. Orangtua yang penuh kasih juga akan mendisiplin anaknya bila melakukan kesalahan. Orangtua yang membiarkan kesalahan anaknya justru akan membuat anak itu akan menjadi semakin buruk. Amsal 29:15 mengingatkan para orangtua, “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.”

B3
Apakah Anda termasuk orangtua yang “cuek” bila anak-anak Anda berbuat kesalahan? Taatilah peringatan Firman Tuhan hari ini, jangan sampai kepasifan Anda ini kelak berbuahkan malapetaka bagi anak Anda sendiri.

***

Kamis, 14 Juni 2012
“Orangtua Pewaris Iman”
Mazmur 78:1-7

B2
Apa yang dilakukan Asaf terhadap generasi berikutnya (ayat 2-6)? Apa tujuan Asaf menceritakan karya Allah di masa lalu (ayat 7)?

Amsal 1 mengatakan bahwa permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan. Namun, bagaimana anak kita dapat takut kepada Allah bila mereka tidak pernah mengenal siapa Allah yang sejati? Itu sebabnya, Asaf menceritakan perbuatan-perbuatan ajaib Allah atas umat Israel di masa lalu kepada generasi-generasi berikutnya. Tujuan Asaf sederhana yaitu supaya generasi berikutnya menjadi umat yang percaya dan taat kepada Allah yang hidup.

Apakah kita, sebagai orangtua, ingin anak-anak kita bertumbuh menjadi insan yang beriman dan mengasihi Allah? Kita memiliki tugas untuk mewartakan Kristus kepada mereka. Jangan sampai kita rajin bersaksi tentang Kristus kepada orang lain tetapi tidak kepada anak sendiri. Ingatlah bahwa iman anak-anak kita jauh lebih penting ketimbang apapun juga. Mari kita pastikan iman anak-anak kita dengan sungguh-sungguh memperkenalkan mereka kepada Kristus!

B3
Jadilah orangtua yang sungguh-sungguh gemar bercerita tentang Kristus dan membagikan Firman kepada anak-anakmu! Buatlah anakmu menyukai Firman dan mengasihi Kristus.

***

Jumat, 15 Juni 2012
“Anak yang Mendengarkan”
Amsal 8:32-36

B2
Apa yang harus pertama-tama dilakukan oleh seorang anak bila ingin menjadi bijak (ayat 32-33)? Apa yang akan diterima oleh orang yang bijak dan takut akan Tuhan (ayat 35)?

Seringkali, kita sebagai seorang anak, tidak menjadi bijak bukan karena kurangnya nasihat dan petunjuk bagi kita melainkan karena kita yang tidak mau mendengarnya. Kita merasa diri kita lebih pandai dan berkemampuan daripada orangtua kita. Kita menilai orangtua kita kuno atau sok tahu sehingga kita mengabaikan didikan mereka.

Kebijaksanaan ibarat sebuah cek. Jika seseorang memberikan sebuah cek kepada kita maka kita harus setorkan kepada bank supaya saldo kita bertambah. Sebesar apapun nominal yang tertulis, cek itu tidak akan menambah saldo kita jika kita belum mencairkannya di bank. Begitu pula jika orangtua memberikan nasihat maka kita harus mendengarnya dengan baik-baik supaya nasihat itu masuk ke dalam “bank kebijaksanaan” hati kita. Jika kita tidak mendengarkannya maka nasihat itu tidak akan menolong kita menjadi lebih bijak.

B3
Apakah Anda seringkali menutup telinga dari nasihat orangtua? Mintalah pendapat orangtuamu, apakah mereka melihat Anda sebagai anak yang keras kepala dalam mendengarkan nasihat?

***

Sabtu, 16 Juni 2012
“Dosa Pemberontakan terhadap Orangtua”
2 Timotius 3:1-5

B2
Dosa-dosa apa sajakah yang disebutkan oleh Rasul Paulus (ayat 2-4)? Apakah orang-orang yang dimaksud Rasul Paulus adalah mereka yg di luar kekristenan (ayat 5)?

Di Amerika Serikat ada sebuah aturan yang mengatakan bahwa bila seorang anak sudah berusia 18 tahun maka ia berhak menentukan hidupnya sendiri dan tidak lagi di bawah otoritas orangtuanya. Sedihnya, aturan ini seringkali menjadi dalih bagi banyak orang untuk mengabaikan bahkan melawan orangtua mereka pada saat mereka menginjak usia 18 tahun.

Padahal, pemberontakan terhadap orangtua adalah dosa di mata Tuhan! Rasul Paulus bahkan memberikan peringatan ini kepada orang Kristen. Artinya, orang Kristen pun dapat jatuh dalam dosa memberontak terhadap orangtua. Apa saja bentuk-bentuk pemberontakan terhadap orangtua? Sebut saja: tidak mendengarkan nasihat orangtua atau melakukan sesuatu yang justru dilarang oleh orangtua.

B3
Selidikilah dirimu, apakah Anda termasuk seorang anak yang sering memberontak terhadap orangtua? Mintalah ampun kepada Tuhan dan orangtuamu karena yang Anda lakukan adalah dosa.

***

Minggu, 17 Juni 2012
“Bolehkah Anak Menegur Orangtuanya?”
1 Timotius 5:1-2; Titus 2:1-6

B2
Menurut Firman Tuhan, apakah seorang anak boleh menegur orangtuanya? Bagaimana cara menegur yang baik (1 Timotius 5:1)?

Dalam budaya Tionghoa, seorang anak sebenarnya tidak boleh mengkritik atau menegur orangtuanya. Hal ini akan dianggap sebagai suatu tindakan yang kurang ajar. Namun, Firman Tuhan mengajarkan hal yang berbeda. Kita sebagai anak diizinkan Tuhan untuk menegur orangtua kita bila mereka melakukan kesalahan moral atau kekeliruan pengajaran iman. Dengan menegur mereka, kita sedang menolong mereka dari kejatuhan yang lebih dalam. Teguran seorang anak terhadap orangtuanya adalah juga bentuk kasih.

Akan tetapi, cara menegurnya harus dengan sikap yang hormat. 1 Timotius 5:1 mengatakan bahwa kita tidak boleh “keras” terhadap orangtua. Apa maksudnya? Dalam bahasa aslinya, kata “keras” mengandung arti menyerang atau melukai dengan kata-kata. Dengan kasih dan kelembutan, kita boleh mengingatkan orangtua kita bila mereka salah. Namun, kita tidak boleh memaki, merendahkan, memarahi, menyudutkan, atau menghina orangtua kita.

B3
Apakah Anda, sebagai anak, seringkali “keras” terhadap orangtuamu? Bertobatlah! Belajarlah untuk menegur orangtuamu di dalam cara yang berkenan pada Tuhan.





GKBJ Taman Kencana

Gereja Kristen Baptist Jakarta Jemaat Taman Kencana
Perumahan Taman Kencana Blok A1 No 16
Cengkareng Jakarta Barat 11730
Telp: 021 555 2868 Fax: 021 555 2869
Email: gkbj.taman@gmail.com | gkbj_taken@yahoo.co.id
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Tuliskan komentar anda disini.


Top