Saat ini hari Valentin telah dirayakan di
seluruh dunia sebagai hari untuk mengekspresikan kasih sayang. Secara spesifik hari ini adalah hari khusus
muda-mudi untuk berani menyatakan cinta kepada lawan jenisnya. Belakangan untuk membuat hari ini dapat
dirayakan lebih luas maka dijadikan hari menyatakan kasih sayang kepada
orangtua, antar suami istri, bahkan antar kerabat dan teman. Dari tradisi memberi bunga lambang cinta
asmara, diperluas dengan pemberian coklat tanda manisnya hati, bahkan tukar
kado sebagai tanda perhatian. Walaupun
pergeseran tradisi ini tampaknya membuat hari valentine tidak lagi spesifik
untuk cinta sepasang kekasih namun tanpa disadari justru membuat hari valentine
semakin popular. Dan celakanya, spirit
cinta asmara dalam perayaan valentine sebenarnya tidak pernah menjadi pudar.
Legenda hari Valentin biasanya dikaitkan
dengan Santo Valentinus. Namun tahukah
anda kebenaran di balik cerita popular sang valentinus ini? Berikut adalah penelusuran secara mendalam
mengenai munculnya perayaan hari Valentin.
1.
PERIODE ROMAWI :
Perayaan LUPERCALIS
Perayaan
Valentin purba merupakan perayaan musim semi, yakni saat burung-burung mencari
pasangan. Di cuaca yang indah saat bunga bermekaran itu, mereka membuat
pemujaan kepada dewa Lupercalia.
Perayaan dimulai pada 13-14 Februari, dimana mereka merayakan Juno
Februata Sang Dewi Cinta (queen of feverish live). Para pemuda mengundi nama para gadis untuk
menjadi pasangan cinta mereka. Inilah
saatnya Dewa Cupido menembakkan panah asmara yang membuat setiap pasangan bebas
bermabuk cinta. Di tanggal 15 Februari barulah
mereka memuja dewa Lupercallia yang gagah perkasa untuk meminta kesuburan dan
perlindungan atas hasil tanah dan ternak.
Upacara ini disimbolkan dengan lecutan cambuk pada para wanita dan
tindakan-tindakan lainnya.
Apa
yang jarang diketahui adalah siapakah tokoh dibalik tradisi ini. Lupercalia adalah sebutan untuk raja Nimrod
sang pemburu perkasa yang meninggikan diri melawan Tuhan (Kej 10:9). Para arkeolog telah menemukan Nimrod
digambarkan sebagai pemburu dengan panah yang kemana pun diiringi seekor anjing
ajag (lupus). Lupercus adalah julukan
Nimrod: Sang Pemburu dengan anjing ajag.
Valentinus adalah istilah Yunani yang artinya gagah perkasa, menunjuk
keperkasaan sang pemburu yang tak terkalahkan ini. Nimrod ini telah bercinta dengan ibunya
sendiri di musim semi bulan Februari itu.
Cupido sendiri berasal dari kata yunani cupere yang artinya desire atau
hasrat yang menggebu. Cupido adalah penggambaran
seorang anak yang dimabuk nafsu.
2.
PERIODE KATHOLIK
Perayaan Valentin purba
(lupercalis) ini merupakan perayaan yang sangat meriah dan ditunggu-tunggu para
muda-mudi bahkan masyarakat luas. Itulah
sebabnya tatkala Kaisar Konstanstin menaklukkan Roma, tradisi ini tidak bisa dihilangkan begitu saja. Kemudian muncullah sebuah kisah tentang Santo
Valentinus yang hidup di masa pemerintahan Kaisar Claudius II (268-270 M). Kaisar Claudius II manganggap bahwa bala
tentaranya akan makin kuat jika tidak menikah.
Akibat dilarang menikah, maka muncullan tradisi kumpul kebo. Untuk menghindarkan hal ini, para rohaniwan gerejawi
menikahkan mereka secara sembunyi-sembunyi termasuk Santo Valentine. Naasnya ia ketahuan sehingga dipenjarakan,
dipukuli, dan akhirnya dipenggal kepalanya. Namun dalam penjara dia sempat berkenalan
dengan putri seorang penjaga penjara yang buta.
Ia mengobatinya hingga sembuh dan jatuh cinta kepadanya. Sebelum
pelaksanaan hukuman mati di tanggal 14 Pebruari 270, Valentine sempat
menulis surat buat kekasihnya yang bertuliskan "from your Valentine.” Kita tidak pernah bisa mengetahui benarkah
kisah ini terjadi, namun legenda ini menjadi pijakan bagi penerimaan
keberlangsungan perayaan Valentine di masa Kaisar Konstantin.
Di tahun 496 M Paus Gelasius I mengukuhkan
perayaan ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day.
3.
PERIODE SEKULAR-HEDONISME
Perayaan ini terus berkembang
di Eropa dan meluas ke berbagai daerah yang mereka taklukkan. Di tahun 1415
M muncullah tradisi mengirim
kartu Valentine. Dan pada tahun 1537, Raja Henry VIII dari kerajaan Inggris menetapkan tanggal 14
Februari menjadi Hari Kasih Sayang.
Upacara gerejawi yang masih diselipkan pada perayaan Santo Valentin
tidak lagi dilakukan. Dan hari ini
menjadi hari khusus untuk muda-mudi menyatakan cinta asmaranya. Dewa Cupido yang tidak pernah menua menjadi
simbol penting sepanjang festival kasih sayang ini.
Dalam perkembangannya, hari
valentine ini diekspose dalam drama, film, lagu, dan makin menarik dengan
berbagai bentuk cara mengekspresikan cinta.
Bahkan banyak gereja yang latah dengan budaya muda-mudi ini, sehingga
harus menyelenggarakannya juga walau dikemas tanpa menyinggung cinta muda-mudi. Namun demikian, api asmara yang menjadi cirri
khas perayaan valentine ini tidak pernah menjadi pudar. Tidaklah berlebihan jika hari valentine telah
memberi sarana dan kesempatan untuk melampiaskan cinta,dan memberi legalisasi
untuk membuat pernyataan cinta kepada lawan jenis.
Menelusuri yang ada di balik legenda perayaan
valentine ini, gereja perlu memikirkan ulang apa, bagaimana, dan mengapa
mengadopsinya. Apalagi jika kita
menyadari kapan dan bagaimana seharusnya cinta kasih antara pemuda pria dan
wanita dinyatakan. Cinta harus diletakkan pada konteks yang tepat. Cinta antara pria dan wanita harus dinyatakan
dalam kedewasaan, eksklusif untuk seseorang, dan dalam konteks pranikah. Cinta antara pria dan wanita tidak boleh disampaikan
dalam konteks pergaulan biasa, yang bisa membara sesaat untuk kemudian
layu. Istilah keren seperti “Jesus is
my valentine” tampaknya akan lebih mempublikasikan “valentine”-nya daripada
kasih kita kepada Yesus. Kasih persahabatan
juga tidak perlu diungkapkan menunggu datangnya valentine. Kalau tokh kita perlu memiliki hari kasih
sayang, tidakkah Paskah merupakan kasih sayang tertinggi, terkudus, dan
termulia yang diperagakan Sang Kasih untuk Anda dan saya?!!
GI David N Purnomo, ST, STh.
No comments: