Slider[Style1]

Style2

Style5

Style4

(Mazmur 22)

Seringkali di dalam penyembahan, kita hanya menekankan sukacita dan pujian, tetapi mengabaikan dukacita dan ratapan. Padahal kehidupan Kristiani tidak selalu diisi dengan hal yang menyenangkan. Dusta paling besar dan berbahaya dalam iman Kristen adalah menjadi anak Tuhan pasti bebas dari masalah. Apa yang diajarkan Mazmur tentang ratapan? Justru Mazmur melihat ratapan sebagai suatu bentuk penyembahan yang

sangat penting. Bahkan, 2/3 dari kitab Mazmur adalah Mazmur ratapan! Mengapa kita perlu meratap?

1.) Karena dunia ini penuh dengan penderitaan
Roma 8:23, bersama seluruh makhluk kita turut mengeluh dan tidak sabar menantikan kedatangan Kristus kembali untuk memperbaharui dunia yang sudah rusak ini. Penderitaan dalam hidup kita: penyakit, usia lanjut, problem rumah tangga, dll

2.) Karena empati terhadap sesama yang menderita
Roma 12:15, “...menangislah dengan orang yang menangis!”. Banyak orang di tengah penderitaan tidak bisa berdoa. Kita dapat menjadi juru bicara yang menyuarakan isi hatinya kepada Allah!


3.) Karena menyehatkan jiwa
Emosi yang kuat seperti cinta, kebencian, dan kemarahan harus dikeluarkan. Jika dipendam akan menimbulkan banyak masalah psikologis.

4.) Karena melatih kejujuran di hadapan Tuhan
Allah ingin setiap anak-Nya jujur terhadap-Nya. Kita boleh jujur jika kita kecewa terhadap Dia, ketika kita sedih, marah. Mazmur adalah cermin bagi kita. John Calvin mengatakan Mazmur sebagai “the anatomy of the soul”. Prinsipnya sederhana: emosi apa yang terdapat dalam Mazmur, kita boleh utarakan juga kepada Tuhan.

5.) Karena menghubungkan kita kembali kepada Tuhan
Inilah paradoks sebuah ratapan. Dalam ratapan, kita sepertinya marah dan kecewa terhadap Tuhan. Namun, justru dalam saat yang bersamaan, kita berusaha sekuat tenaga untuk tetap percaya kepada-Nya. Dalam hal ini, meratap adalah justru sebuah tindakan iman yang kuat dan jujur. Mengapa? Kalau tidak ada iman, kita tidak akan meratap. Kita akan tinggalkan saja Allah. Ketika kita meratap, di kedalaman hati kita, kita tahu bahwa kita masih membutuhkan dan mengimani Tuhan.


Bagaimana kita meratap kepada Tuhan? Marilah kita ikuti unsur-unsur Mazmur ratapan (perhatikan bahwa unsur-unsur ini tidak selalu ada dalam sebuah Mazmur ratapan):

1.) Unsur Pertanyaan (Ayat 2: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”)
Sifatnya “menggugat” Allah. Pertanyaan ini bersifat retoris yang artinya kita bertanya bukan karena kita sungguh-sungguh percaya bahwa Tuhan sudah meninggalkan kita melainkan kita merasa fakta iman dan fakta kehidupan tidak sejalan.

2.) Permohonan (Ayat 12: “Janganlah jauh dari padaku..”, Ayat 20: “Tetapi Engkau, Tuhan janganlah

jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku!”) Biasanya pertanyaan disertai permohonan. Kalau

hanya pertanyaan, maka ini hanyalah keluhan biasa.

3.) Pencurahan (Ayat 7-8: “Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang

banyak...”) Ini merupakan elemen terpenting dari sebuah ratapan karena di sinilah kita bisa menemukan apa alasan seseorang meratap. Biasanya pencurahan hati ini terdengar sinis dan negatif tetapi ini merupakan ungkapan yang kuat atas gejolak dan tekanan batin yang kuat pula.

4.) Pengakuan/ pembelaan (Maz 51:6: “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat!”. Dalam Mazmur 22 kita tidak menemukan unsur ini.

5.) Pengutukan. Ini bagian yang tersulit untuk dipahami dalam sebuah Mazmur ratapan. Dalam

Mazmur ini kita tidak mendapatkan unsur ini. Tapi dalam Maz 69:25: “Tumpahkanlah amarah-Mu ke atas mereka, dan biarlah murka-Mu yang menyala-nyala menimpa mereka.” Bahkan pada ayat 29, “Biarlah mereka dihapus dari kitab kehidupan...” Bagaimana kita memahami hal ini? Apakah kita boleh mengutuki orang-orang yang berbuat jahat dan tidak adil kepada kita? Pertama, kita harus memahami bahwa konteks Perjanjian Lama adalah bangsa Israel adalah bangsa yang dikuduskan Allah. Mereka seringkali harus berhadapan dengan bangsa lain yang memang memusuhi bangsa Israel.

Namun, pada zaman sekarang, umat pilihan Allah tidak terbatas pada satu bangsa saja. Setiap orang dari apapun bangsa mereka dapat menjadi anak Tuhan. Kedua, teologi musuh iman dalam masa kini harus mengacu pada Efesus 6:12, “...karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging” tetapi melawan roh-roh jahat atau si iblis dan antek-anteknya. Kalau demikian, maka justru kutukan dalam doa kita sangatlah tepat. Kita harus mengutuki iblis dan antek-anteknya. Biarlah iblis dihancurkan dan dibinasakan oleh Allah karena perbuatan iblis begitu kejam dan jahat terhadap anak-anak Tuhan

6.) Pemercayaan. Di sinilah letak perbedaan besar antara ratapan dan keluhan biasa yang dibenci Tuhan. Dalam ratapan kita tetap menaruh iman percaya kita kepada Tuhan (Ayat 25). Ada deklarasi iman di tengah penderitaan kita. Hampir semua Mazmur ratapan ada unsur ini!

7.) Pujian. Akhirnya sebuah ratapan biasanya ditutup oleh pujian dan pengagungan (Ayat 22, 26.)

Apa Kabar Baik atau intisari dari Mazmur 22 ini: Kita meratap bersama Kristus (Ibrani 4:15)!

“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”

Tuhan Yesus pernah menderita. Dia tahu apa yang kita alami. Bahkan, Dia turut merasakan penderitaan dan kesusahan kita.

Oleh: GI. Jimmy Setiawan

GKBJ Taman Kencana

Gereja Kristen Baptist Jakarta Jemaat Taman Kencana
Perumahan Taman Kencana Blok A1 No 16
Cengkareng Jakarta Barat 11730
Telp: 021 555 2868 Fax: 021 555 2869
Email: gkbj.taman@gmail.com | gkbj_taken@yahoo.co.id
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Tuliskan komentar anda disini.


Top